Senin, 27 Januari 2014

Model Metode Pembelajaran

Model dan Metode

Model-model dan metode-metode mengajar pokok dalam arti pandangan lebih menonjol dan relevan dengan tuntunan kebutuhan dunia pendidikan masa kini. Modifikasi, khususnya terhadap sebagai metode mengajar, penyusun lakukan seperlunya dalam rangka pengembangan atau penyesuaian dengan kebutuhan (Syah, 2004:189-213).
1. Model Pokok Mengajar
Model-model mengajar adalah blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran. Kumpulan atau set model yang dikembangkan Bruce Joyce dan Marsha Weil dengan kategorisas sebagai berikut:
a.      Model Information Processing (tahapan pengelolaan informasi).
Information processing adalah sebuah istilah kunci dalam psikologi kongnitif yang terakhir-akhir ini semakin mendominasi sebagaian besar upaya riset dan pembahasan psikologi pendidikan. Information processing sebagai sebuah rumpun model-model mengajar perlu dipelajari dan diterapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar agar ranah cipta siswa dapat berkembang dan berfungsi seoptimal mungkin.
Model ini model peningkatan kapasitas berpikir. Peningkatan kapasitas berpikir diarahkan pada pengembangan-pengembangan sebagai berikut: daya cipta akal siswa, berpikir kritis siswa, penilaian mandiri siswa/ dan juga pengembangan, dan sosio-emosional siswa sebagai salah satu fenomena ranah rasa siswa.
Langkah-langkah dalam mempersiapkan model ini, Pertama, langkah konfrontasi (situasi yang menantang, penuh teka-teki, dan terkadang tak masuk akal), Kedua, langkah inquiri (menggunakan inteleks siswa untuk memperoleh pengetahuan), Ketiga, langkah transfer (pengetahuan yang didapatkan dapat mempermudah penyelesaian tugas-tugas pembelajaran selanjutnya.

b.      Model Personal (pengembangan pribadi)
Model ini pada umumnya berorientasi pada pengembangan pribadi siswa denga lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutaman fungsi emotional. Model Nondirektif, model ini dirancang secara sederhana untuk membantu mempermudah proses belajar pada siswa secara umum. Dalam artian ditunjukan pada aktivitas belajar materi tertentu. Didukung juga dengan teknik wawancara yang memudahkan siswa menuangkan ide, dan dibebaskan dalam menjawab .
Langkah-langkah dalam model Nondirektif menurut Carl Rogers yang pendapatnya dikutip Dahlan (1990), Pertama, menentukan situasi yang membantu (melakukan wawancara masalah materi yang diajarkan), Kedua, mendorong/ memotivasi siswa (mengemukakan sendiri masalah yang dihadapi siswa dan guru mengetahui dan membantu), Ketiga, mengembangkan insight (tikikan) dalam siswa diharapkan dapat menampakkan personal dalam arti mengerti dan menyadari kesalahan dan ketidaktahuan dalam materi, Keempat, memotivasi siswa dan memecahkan masalah yang dihadapi siswa, Kelima, mengambil keputusan jawaban-jawaban jenis tindakan positif.

c.       Model Sosial (hubungan bermasyarakat)
Model sosial adalah rumpun model mengajar yang menitikberatkan pada proses interaksi antarindividu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Model Role Playing (bermain peran), berfungsi penyuluhan bersifat edukatif, prosedur terapi kejiwaan dan penyuluhan bersifat industrial (Reber, 1988).
Langkah-langkahnya Pertama, memotivasi kelompok, merangsang minat siswa terhadap kegiatan bermain peran, Kedua, memilih pemeran semuanya melakukan pemilihan peran, mendiskusikan gambar karakter yang akan diperankan, Ketiga, mempersiapkan pengamatan yang dilakukan para siswa, Keempat, mempersiapkan tahapan peranan, memerlukan dialog-dialog yang digunakan untuk tampil bermain peran. Kelima, pemeran semuanya sudah yang siap mulai para aktor memainkan perannya, Keenam, diskusi dan evaluasi  setelah semunya selesai diadakan diskusi dan evaluasi yang saling bertukar pikiran supaya lebih baik, Ketujuh, pengulangan pemeran sesudah adanya diskusi dan evaluasi muncul gagasan baru yang memperbaiki peran berikutnya, Kedelapan, diskusi dan evaluasi ulang mengkaji kembali hasil pemeranan ulang pada langkah ketujuh tadi, Kesembilan, memberi pengalaman dan menarik generalisasi untuk menarik faidah pokok yang terkandung dalam bermain peran.

d.       Model Behavioral (pengembangan perilaku)
Aktivitas mengajar, menurut teori ini, harus diajukan pada timbulnya perilaku buru atau berubahnya perilaku siswa kearah yang sejalan dengan harapan. Dalam rumpun model mengajar behaviora terhadap banyak model mengajar. Model mengajar Mastery Learning menurut Benjamin Bloom pada dasarnya merupakan pendekatan mengajar mengacu pada penetapan kriteria hasil belajar, yaitu: pengetahuan, konsep, keterampilan, sikap dan nilai.
Langkah-langkah, Pertama, langkah orientasi menyusun kerangka kerja pengajaran, Kedua, langkah penyajian guru menjelaskan konsep-konsep yang terdapat dalam pokok bahasan, diselingi dengan peragaan atau demonstarasi keterampilan yang berhubungan dengan materi pelajaran, Ketiga, strukturisasi latihan guru memperlihatkan contoh-contoh mempraktikan keterampilan sesuai dengan urutan yang telah dijelaskan pada waktu penyajian materi,  Keempat, langkah praktik guru member peluang yang cukup luas kepada para siswa untuk mempraktikan ketrampilan yang telah mereka dengar pada tahap-tahap sebelumnya, Kelima, langkah praktik bebas, tahapan terakhir guru dapat member kebebasan kepada para siswa untuk mempraktikan sendiri ketrampilan yang sudah siswa kuasai.

 2. Metode Pokok Mengajar
Metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur buku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, kususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa (Tardif, 1989).
Ragam metode pengajaran
a.      Metode Ceramah
Ceramah adalah sebuah metode ceramah yang paling klasik, tetapi masih dipakai orang di mana-mana hingga sekarang. Metode ceramah ialah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode caramah atau kuliah sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah.
Dalam metode ini perhatian terpusat pada guru, sedangkan siswa hanya menerima secara pasif, mirif dengan anak balita yang disuapi. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ini terdapat unsur paksaan. Metode ini juga mengalami hambatan daya kritis siswa karena segala informasi yang disampaikan guru biasanya ditelan mentah-mentah tanpa dibedakan apakah informasi itu salah atau benar, dipahami atau tidak.

b.      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah. Metode ini lazim juga disebut sebagai metode kelompok dan resitasi bersama. Aplikasi metod ini biasnya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok. Tujuan metode ini ialah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam.
Metode diskusi diaplikasikan mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama, dan mengambil satu alternative jawaban atau beberapa alternative jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Ragam diskusi,
1.      Dikusi Informal
Aturan dalam diskusi ini lebih longgar dari pada aturan yang dipakai dalam diskusi lainya. Sifatnya tidak resmi, jumlah dibatasi dan hanya merupakan kelompok kecil.
2.      Diskusi Formal
Aturan ini biasanya ketat dan rapi. Jumlah siswa yang menjadi pesertapun umunya lebih banyak bahkan dapat melebihkan seluruh siswa kelas.
3.      Dikusi Panel
Diikuti seluruh siswa. Kata “panel” berarti sekelompok pembicara yang dipilih untuk berbicara. Tugas utama meraka adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta.
4.      Diskusi Simponsium
Penyelanggaraan diskusi simponsium secara umum sama dengan penyelenggaraan diskusi formal lainnya. Perbedaannya, angenda masalah dalam symposium disampaikan oleh pemrasaran atau lebih.
      Dilihat dari sudut pola pemusatan orang yang berperan dalam diskusi di sekolah, metode diskusi terbagi menjadi dua golongan :
1.      Pola diskusi yang berpusat pada guru (teacher centrality)
Peran guru sebagai indicator, direktur, moderator, evaluator.
Sedangakn siswa sebagai contributor, evaluator.
2.      Pola diskusi yang berpusat pada siswa (student centrality)
Pemusatan kegiatan pada siswa, mempunyai fungsi indikator, konsultan, pendorong semangat, observer dan evaluator.
Peran siswa sebagai moderator, kontibutor, pendorong semangat, evaluator.
Peran guru sebagai dorongan semangat bagi anak sangat diperlukan terutama oleh peserta yang tergolong kurang pintar atau pendiam.

c.       Metode Demonstrasi
Demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
Tujuan pokok penggunaan metode demonstari  dalam proses belajar mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.

d.      Metode ceramah plus.
Metode ceramah plus sering dianggap baing keladi yang menimbulkan penyakit bungkam dikalangan pelajar, namun kenyataannya metode ini masih popular dikalangan guru dimana-mana. Hanya sebelum metode itu digunakan guru tentu perlu melakukan modifikasi atau penyesuain seperlunya.
      Metode ceramah plus biasanya metode campuran.
1.      Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT).
Penyampaian dari guru, pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa, pemberian tugas kepada para siswa.
2.      Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT).
Memberi informasi atau penjelasan mengenai pokok bahasan dan topik atau agenda masalah yang akan didiskusikan. Jadi setiap guru menjelaskan fungsinya sebagai indikator.
3.      Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL).
Aplikasi ini kurang lebih sama dengan aplikasi metode CPDT, yaitu harus dilakukan secara tertib sesuai dengan urutannya. Tujuan ini untuk menjelaskan konsep-konsep keterampilan jasmaniah yang terdapat dalam materi-materi pelajaran keterampilan tertentu. Tujuan metode ini untuk memperagakan atau mempertunjukan kiat dan proses melakukan keterampilan yang telah diuraikan sebelumnya, yakni pada tahapan ceramah tadi.


DAFTAR PUSTAKA


Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dalam Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar