Model dan Metode
Model-model dan metode-metode mengajar pokok dalam arti pandangan
lebih menonjol dan relevan dengan tuntunan kebutuhan dunia pendidikan masa
kini. Modifikasi, khususnya terhadap sebagai metode mengajar, penyusun lakukan
seperlunya dalam rangka pengembangan atau penyesuaian dengan kebutuhan (Syah,
2004:189-213).
1. Model Pokok Mengajar
Model-model mengajar
adalah blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran. Kumpulan atau set model yang
dikembangkan Bruce Joyce dan Marsha Weil dengan kategorisas sebagai berikut:
a. Model Information Processing (tahapan
pengelolaan informasi).
Information processing adalah sebuah istilah kunci dalam
psikologi kongnitif yang terakhir-akhir ini semakin mendominasi sebagaian besar
upaya riset dan pembahasan psikologi pendidikan. Information processing sebagai
sebuah rumpun model-model mengajar perlu dipelajari dan diterapkan
sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar agar ranah cipta siswa dapat
berkembang dan berfungsi seoptimal mungkin.
Model ini model
peningkatan kapasitas berpikir. Peningkatan kapasitas berpikir diarahkan pada
pengembangan-pengembangan sebagai berikut: daya cipta akal siswa, berpikir
kritis siswa, penilaian mandiri siswa/ dan juga pengembangan, dan sosio-emosional
siswa sebagai salah satu fenomena ranah rasa siswa.
Langkah-langkah dalam
mempersiapkan model ini, Pertama, langkah konfrontasi (situasi
yang menantang, penuh teka-teki, dan terkadang tak masuk akal), Kedua, langkah inquiri (menggunakan
inteleks siswa untuk memperoleh pengetahuan), Ketiga, langkah
transfer (pengetahuan yang didapatkan dapat mempermudah penyelesaian
tugas-tugas pembelajaran selanjutnya.
b. Model Personal (pengembangan pribadi)
Model ini pada umumnya
berorientasi pada pengembangan pribadi siswa denga lebih banyak memperhatikan
kehidupan ranah rasa, terutaman fungsi emotional. Model Nondirektif,
model ini dirancang secara sederhana untuk membantu mempermudah proses belajar
pada siswa secara umum. Dalam artian ditunjukan pada aktivitas belajar materi
tertentu. Didukung juga dengan teknik wawancara yang memudahkan siswa
menuangkan ide, dan dibebaskan dalam menjawab .
Langkah-langkah dalam
model Nondirektif menurut Carl Rogers yang pendapatnya dikutip
Dahlan (1990), Pertama, menentukan situasi yang membantu
(melakukan wawancara masalah materi yang diajarkan), Kedua, mendorong/
memotivasi siswa (mengemukakan sendiri masalah yang dihadapi siswa dan guru
mengetahui dan membantu), Ketiga, mengembangkan insight (tikikan)
dalam siswa diharapkan dapat menampakkan personal dalam arti mengerti dan
menyadari kesalahan dan ketidaktahuan dalam materi, Keempat, memotivasi
siswa dan memecahkan masalah yang dihadapi siswa, Kelima, mengambil
keputusan jawaban-jawaban jenis tindakan positif.
c. Model Sosial (hubungan bermasyarakat)
Model sosial adalah
rumpun model mengajar yang menitikberatkan pada proses interaksi antarindividu
yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Model Role Playing (bermain
peran), berfungsi penyuluhan bersifat edukatif, prosedur terapi kejiwaan dan
penyuluhan bersifat industrial (Reber, 1988).
Langkah-langkahnya Pertama, memotivasi
kelompok, merangsang minat siswa terhadap kegiatan bermain peran, Kedua, memilih
pemeran semuanya melakukan pemilihan peran, mendiskusikan gambar karakter yang
akan diperankan, Ketiga, mempersiapkan pengamatan yang
dilakukan para siswa, Keempat, mempersiapkan tahapan peranan,
memerlukan dialog-dialog yang digunakan untuk tampil bermain peran. Kelima, pemeran
semuanya sudah yang siap mulai para aktor memainkan perannya, Keenam, diskusi
dan evaluasi setelah semunya selesai diadakan diskusi dan evaluasi yang
saling bertukar pikiran supaya lebih baik, Ketujuh, pengulangan
pemeran sesudah adanya diskusi dan evaluasi muncul gagasan baru yang
memperbaiki peran berikutnya, Kedelapan, diskusi dan evaluasi
ulang mengkaji kembali hasil pemeranan ulang pada langkah ketujuh tadi, Kesembilan, memberi
pengalaman dan menarik generalisasi untuk menarik faidah pokok yang terkandung
dalam bermain peran.
d. Model Behavioral (pengembangan perilaku)
Aktivitas mengajar,
menurut teori ini, harus diajukan pada timbulnya perilaku buru atau berubahnya
perilaku siswa kearah yang sejalan dengan harapan. Dalam rumpun model mengajar
behaviora terhadap banyak model mengajar. Model mengajar Mastery
Learning menurut Benjamin Bloom pada dasarnya merupakan pendekatan
mengajar mengacu pada penetapan kriteria hasil belajar, yaitu: pengetahuan,
konsep, keterampilan, sikap dan nilai.
Langkah-langkah, Pertama, langkah
orientasi menyusun kerangka kerja pengajaran, Kedua, langkah
penyajian guru menjelaskan konsep-konsep yang terdapat dalam pokok bahasan,
diselingi dengan peragaan atau demonstarasi keterampilan yang berhubungan
dengan materi pelajaran, Ketiga, strukturisasi latihan guru
memperlihatkan contoh-contoh mempraktikan keterampilan sesuai dengan urutan
yang telah dijelaskan pada waktu penyajian materi, Keempat, langkah
praktik guru member peluang yang cukup luas kepada para siswa untuk
mempraktikan ketrampilan yang telah mereka dengar pada tahap-tahap sebelumnya, Kelima, langkah
praktik bebas, tahapan terakhir guru dapat member kebebasan kepada para siswa
untuk mempraktikan sendiri ketrampilan yang sudah siswa kuasai.
2. Metode Pokok
Mengajar
Metode mengajar ialah
cara yang berisi prosedur buku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, kususnya
kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa (Tardif, 1989).
Ragam metode pengajaran
a. Metode Ceramah
Ceramah adalah sebuah
metode ceramah yang paling klasik, tetapi masih dipakai orang di mana-mana
hingga sekarang. Metode ceramah ialah metode mengajar dengan menyampaikan
informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif. Metode caramah atau kuliah sebuah cara melaksanakan
pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah.
Dalam metode ini
perhatian terpusat pada guru, sedangkan siswa hanya menerima secara pasif,
mirif dengan anak balita yang disuapi. Dalam pengajaran yang menggunakan metode
ini terdapat unsur paksaan. Metode ini juga mengalami hambatan daya kritis
siswa karena segala informasi yang disampaikan guru biasanya ditelan mentah-mentah
tanpa dibedakan apakah informasi itu salah atau benar, dipahami atau tidak.
b. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah
metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah.
Metode ini lazim juga disebut sebagai metode kelompok dan resitasi bersama.
Aplikasi metod ini biasnya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa
tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok. Tujuan metode ini ialah
untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan
yang dalam.
Metode diskusi
diaplikasikan mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan
pendapatnya secara bebas, mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk
memecahkan masalah bersama, dan mengambil satu alternative jawaban atau
beberapa alternative jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan
yang seksama.
Ragam diskusi,
1. Dikusi Informal
Aturan dalam diskusi ini
lebih longgar dari pada aturan yang dipakai dalam diskusi lainya. Sifatnya
tidak resmi, jumlah dibatasi dan hanya merupakan kelompok kecil.
2. Diskusi Formal
Aturan ini biasanya
ketat dan rapi. Jumlah siswa yang menjadi pesertapun umunya lebih banyak bahkan
dapat melebihkan seluruh siswa kelas.
3. Dikusi Panel
Diikuti seluruh siswa.
Kata “panel” berarti sekelompok pembicara yang dipilih untuk berbicara. Tugas
utama meraka adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta.
4. Diskusi Simponsium
Penyelanggaraan diskusi simponsium secara umum
sama dengan penyelenggaraan diskusi formal lainnya. Perbedaannya, angenda
masalah dalam symposium disampaikan oleh pemrasaran atau lebih.
Dilihat dari
sudut pola pemusatan orang yang berperan dalam diskusi di sekolah, metode
diskusi terbagi menjadi dua golongan :
1. Pola diskusi yang berpusat pada guru (teacher
centrality)
Peran guru sebagai indicator, direktur,
moderator, evaluator.
Sedangakn siswa sebagai contributor, evaluator.
2. Pola diskusi yang berpusat pada siswa (student
centrality)
Pemusatan kegiatan pada siswa, mempunyai fungsi
indikator, konsultan, pendorong semangat, observer dan evaluator.
Peran siswa sebagai moderator, kontibutor,
pendorong semangat, evaluator.
Peran guru sebagai
dorongan semangat bagi anak sangat diperlukan terutama oleh peserta yang
tergolong kurang pintar atau pendiam.
c. Metode Demonstrasi
Demonstrasi dalam
hubungannya dengan penyajian informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan
atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu. Metode
demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan.
Tujuan pokok penggunaan
metode demonstari dalam proses belajar mengajar ialah untuk memperjelas
pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses
terjadinya sesuatu.
d. Metode ceramah plus.
Metode ceramah plus
sering dianggap baing keladi yang menimbulkan penyakit bungkam dikalangan
pelajar, namun kenyataannya metode ini masih popular dikalangan guru dimana-mana.
Hanya sebelum metode itu digunakan guru tentu perlu melakukan modifikasi atau
penyesuain seperlunya.
Metode ceramah
plus biasanya metode campuran.
1. Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas
(CPTT).
Penyampaian dari guru, pemberian peluang
bertanya jawab antara guru dan siswa, pemberian tugas kepada para siswa.
2. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT).
Memberi informasi atau penjelasan mengenai pokok
bahasan dan topik atau agenda masalah yang akan didiskusikan. Jadi setiap guru
menjelaskan fungsinya sebagai indikator.
3. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan
(CPDL).
Aplikasi ini kurang lebih sama dengan aplikasi
metode CPDT, yaitu harus dilakukan secara tertib sesuai dengan urutannya.
Tujuan ini untuk menjelaskan konsep-konsep keterampilan jasmaniah yang terdapat
dalam materi-materi pelajaran keterampilan tertentu. Tujuan metode ini untuk
memperagakan atau mempertunjukan kiat dan proses melakukan keterampilan yang
telah diuraikan sebelumnya, yakni pada tahapan ceramah tadi.
DAFTAR
PUSTAKA
Syah, Muhibbin.
2008. Psikologi Pendidikan dalam
Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar