Sabtu, 08 Juni 2013

Filsafat Empiris



EMPIRISME
 
Filsafat diambil dari bahasa Arab Filsafah. Dari bahasa Yunani Philosophia, kata majemuk yang terdiri dari kata Philos artinya cinta atau suka, dan kata Shopia artinya bijaksana. Secara etimologis memberikan pengertian cinta bijaksana. Selain etimologis dapat diartikan secara terminologis, yang mempunya arti bermacam-macam. Menurut Plato filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli. (Juhaya, 2003: 1-2).
Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi, cara menentukan validitas dari sebuah informasi, formulasi dan penggunaan metode ilmiah, macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan, serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri (http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ilmu)
Mengalihkan perhatian dari objek-objek yang sebenarnya dari penyelidikan ilmiah kepada proses penyelidikannya sendiri, maka muncullah suatu mantra baru. Segi-segi yang menonjol serta latar belakang segenap kegiatan menjadi nampak. Berangkat dari sini maka, menjadi jelas pula saling adanya hubungan antara objek-objek dengan metode-metode, antara masalah-masalah yang hendak dipecahkan dengan tujuan penyelidikan imiah, antara pendekatan secara ilmiah dengan pengolahan bahan-bahan secara ilmiah. Dengan demikian filsafat ilmu merupakan suatu bentuk pemikiran secara mendalam yang bersifat kelanjutan. (Berling, dkk. 1988: 1).
Ada beberapa teori kebenaran dalam Filsafat Ilmu, salah satunya Empirisme. Empirisme yang akan dibahas penulis pada makalah ini. Ilmu tentang kebenaran dalam hal pengalaman akan diurai dalam makalah ini. Empiris memberi tekanan pada empirik atau pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Oleh karena itu empiris disebut paham yang memiliki pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, yang dimaksud pengenalan batiniah dan lahiriah. Batiniah yang menyangkut pribadi manusia, dan lahiriah yang menyangkut dunia. Untuk lebih lanjut mengetahui Filsafat Ilmu tentang Empirisme, bisa dibaca dalam makalah yang penulis ini buat.

A.    Ilmu Empiris
Empirisme adalah Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu, ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Di sini, pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam. (http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ilmu).
Ilmu-ilmu empirik memperoleh bahannya melalui pengalaman. Tetapi pengalaman atau empirik ilmiah yang sesungguhnya lebih dari sekedar pengalaman sehari-hari serta hasil tangkapan inderawi. Dalam siklus empirik dimulai lagi secara baru, tidak hanya dalam eksperimen yang memerlukan observasi baru, melainkan juga adanya deretan-deretan baru, bahan-bahan baru yang diobservasi sehingga mengahasilkan deduksi dan induksi serta memperluasnya sistem pertanyaan-pertanyaan yang teoritik. Siklus ini dijelaskan (A.D de Groot dalam Beerling) dalam pembahasannya terdapat 5 siklus :
1.      Observasi
Dengan adanya observasi yang dimaksudkan dalam ilmu empirik ini, diperoleh sejumlah bahan-bahan empiric yang saling berhubungan, yang terdapat dalam kumpulan-kumpulan bahan yang terkumpul. Yang tidak sekedar melakukan pengamatan.
2.      Induksi
Setelah adanya suatu observasi maka timbul pertanyaan-pertanyaan. Induksi suatu pertanyaan umum yang didapatkannya, semacam tindakan penyempurnaan.
3.      Deduksi
Adpun pertanyaan khusus, dimana deduksi. Dapat dijabarkan, yang kemudian dikaji.
4.      Kajian / Eksperimen
Pertnyaan khusus dan umum yang sudah ada, kemudian dikaji dan di ekperimen kebenaran atau tidak. Selanjutnya adanya verifikasi secara empirik. Dalam hubungan luas dikatakan dalam hal seperti itu, dikukuhkannya suatu teori.
5.      Evaluasi
Semuanya sudah terlaksana, baru diadakan suatu evaluasi terhadap teori yang sudah didapatkannya.
Telah disinggung diatas bahwa istilah Empirisme berasal dari bahasa Yunani Empiria berarti pengalaman inderawati. Oleh karena itu, empirisme disebut paham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengalaman, berupa pengalaman lahiriah dan batiniah. Empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme. (Juhaya, 2003:105).

B.     Tokoh – tokoh Empiris
a.       Thomas Hobbes (1588-1679)
            Thomas Hobbes lulusan Universitas Oxford, kemudian menjadi pengajar pada suatu keluarga yang terpandang. Dia mengenal filsafat Descartes dan pemikir-pemikir Prancis lainnya, karena saat itu Inggris ada perang sahabat jadi Hobbes pergi ke Prancis. Ia mensukai sain dan menciptakan filsafat atas dasar matematika.
            Karya utamanya adalah Leviathan (1651), mengespresikan pandangannya tentang hubungan antara alam, manusia, dan masyarakat. Filsafat Hobbes mewujudkan suatu sistem yang lengkap mengenai keterangan yang ada secara mekanis. Dengan demikian ia merupakan seorang meterialis di bidang ajaran tentang antropologi, serta absolutis di bidang ajaran tentang negara.
            Filsafat Materialisme, yang dianut Hobbes dapat dijelaskan “segala sesuatu yang ada bersifat bendawi” bendawi yang dimaksud adalah suatu tidak bergantung pada gagasan kita. Manusia, manusia tidak lebih dari suatu bagian alam bendawi yang mengelilinginya, oleh karena itu segala sesuatu yang terjadi pada manusia dapat diterangkan seperti cara yang terjadi pada kegiatan-kegiatan alamiah, yaitu secara mekanis. Jiwa, dalam ajaran Hobbes jiwa sejalan dengan ajaran filsafat dasar, sehingga jiwa baginya merupakan kompleks dari proses-proses mekanisme dalam tubuh.
            Teori pengenalan, pengalaman atau pengenalan sebagai Hobbes diperoleh dari suatu pengalaman. Pengalaman dari awal segala pengetahuan, awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Berbeda dengan kaum rasionalis dimana memandang bahwa pengalaman dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Karena pengalaman dengan akal mewujudkan kelebihan dan kekurangan.
            Dimaksud dengan pengalaman adalah keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu harapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu.

b.      John Lockes (1632-1704)
      Bagi Lockes menganggap manusia sebagai “lemabaran kertas putih” dan pengalaman dibagi menjadi 2 yaitu lahiriah dan batiniah. Kedua sumber pengalaman itu mengahasilkan ide-ide tunggal. Ruh manusia bersifat sekali pasif dalam meneriman ide-ide. Namun ruh memiliki aktivitas.

c.       George Berkeley (1665-1753)
      Teorinya immaterialisme atau dasar ilmu empiris. Yang ada hanyalah pengalaman ruh saja. Dunia material sama saja dengan ide-ide yang secara alami.

d.      David Hume (1711-1776)
      Menurut penulis sejarah filsafat, empirisme berpuncak pada David Hume, sebab menggunakan prinsip-prinsip empiristis dengan cara yang paling radikal. Pengertian hubungan sebab akibat, menjadi objek kritiknya.


 Empirisme, by. Oktavian Aditya Nugraha, S.Pd ( 12/04/2012 : 14.19 )
Beerling, dkk. 1988. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogjakarta: PT Bayu Indera Grafika
Claessen G.J. 1979. Menuju Ke Pemikiran Filsafat. Jakarta : PT. Pembangunan.
Juhaya, S.Praja. 2003. Aliran-aliran Filsafat dan Estetika. Bandung : Prenada Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar