Rabu, 30 Juli 2014

INFO KOST "SOLO BARU" _KOST RIZKI_

KOST AREA SOLO BARU 

Nama : KOST  RIZKI

Deskripsi Singkat : 
        Kost baru yang terletak di area solo baru. Alamat di Dukuh SOKO dibelakang TOYOTA / ASTRA DHAIHATSU SOLO BARU. Letak strategis karena berada didekat area perkantoran dan pusat belanja (sepanjang JL.IR Soekarno Solo Baru). Akses mudah dijangkau dengan jalan kaki, motor dan mobil. Tempatnya bersih, tenang, dan nyaman. Cocok Untuk Karyawan/ti, Kuliah, atau Sekolah.

Dekripsi Tempat 
        Gang Selatan samping TOYOTA SOLOBARU KOST RIZKI (Depan RM. Bu.Harmi)./

Fasilitas : 
- Bangunan baru 
- Kamar (Luas, almari, spribad, bantal)
- Tempat parkir luas (Mobil juga bisa_terbatas + biaya)
- Tempat mencuci
-  Kamar 16 Kamar dan 8 Kamar Mandi
- Free Listrik ( Bebas Listrik )
- dll

Biaya :
Biaya bersahabat dengan anda.
- 450.000 sd 500.000/bulan







Cp. :  +62 83 866 420 111 (Ms. Adit) / +62 813 2951 8963 (Bu. Endah)

Nb. Untuk info lain datang ke kost (sore hari). 






Jumat, 07 Februari 2014

Stilistika

STILISTIKA
HAKIKAT DAN BIDANG KAJIANNYA

A.    Style dan stylistic
Pengertian style yaitu cara pemakaian gaya bahasa dalam karangan atau bagaimana cara seseorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan diungkapkan, (Abram dalam Imron, 2008 : 1). Sedangkan menurut Leech dan Short style menyarankan pada cara pemakaian bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengerang tertentu untuk tujuan tertentu. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan gagasan dan perasaan dengan bahasa khas sesuai dengan kepribadian, karakter dan kreatifitas pengaranguntuk mencapai efek tertentu yakni efek estetik atau kepuitisan dan efek penciptaan makna.
Style, stail atau gaya adalah cara yang khas dipergunakan oleh seseorang untuk mengutarakan atau mengungkapkan diri dari gaya pribadi.
Pengertian stilistika berasal dari bahasa Inggris stylistic yang berarti studi mengenai style, gaya bahasa atau bahasa bergaya  (Imron, 2008 : 1). Dalam pengertian lain stylistic adalah ilmu yang meneliti tentang penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra Sudiro Satoto, dapat dikatakan bahwa stilistika adalah proses menganalisis karya sastradengan mengkaji unsur-unsur bahasa sebagai medium karya sastrayang digunakan sastrawan sehingga terlihat bagaimana perlakuan sastrawan terhadap bahasa dalam rangka menuangkan gagasannya.
Stilistika sebagai cabang ilmu sastra yang meneliti stail atau gaya, dibedakan ke dalam stilistika deskriptif dan stilistika genetis. 

B.     Hakikat Stilistika
Pengertian stilistika menurut Unar Yunus dalam Imron, 2008 : 4 yaitu studi mengenai pemakaian bahasa dalam karya sastra. Stilistika dipakai sebagai ilmu gabung yakni linguistik dan ilmu sastra. Menurut Leech dan Short dalam imron berpendapat stilistika adalah ilmu tentang wujud performansi kebahasaan khususnya yang terdapat dalam karya sastra.
Beberapa definisi yang perlu dipertimbangkan (kutha Ratna, 2007;236) sebagai berikut : Ilmu tentang gaya bahasa, Ilmu interdisipliner antara linguistik dengan sastra, Ilmu tentang penerapan kaidah-kaidah linguistik dalam penelitian gaya bahasa, Ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, dan Ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya sekaligus latar belakang sosialnya.
                    Sukada (1987;87) mendefisikan gaya bahasa diantaranya : Gaya bahasa adalah bahasa itu sendiri, Yang dipilih berdasarkan struktur tertentu, Digunakan dengan cara yang wajar, Tetapi tetap memiliki ciri personal, Sehingga memiliki cirri-ciri personal, Sebab lahir dari diri pribadi penulisnya, diungkapkan dengan kejujuran, Disusun secara sengaja agar menimbulkan efek tertentu dalam diri pembicara, dan Isinya adalah persatuan antara keindahan dan kebenaran.

C.    Bidang Kajian Stilistika
Menurut Umar Yunus bidang kajian stilistika meliputi bunyi, bahasa, kata dan struktur kalimat. Menurut Amimuddin menjelaskan bahwa bidang kajian stilistika meliputi kata-kata, gambar, tanda baca, serta bentuk tanda lain yang dapat dianalogikan sebagai kata-kata dan bentuk kajian stilistika tersebut bersifat figurative yaitu penggunaan pribahasa, kiasan, sindiran, dan ungkapan. Adapun bidang kajian fonologi, struktur kalimat, cirri makna, serta tidak melupakan cirri-ciri bahasa yang bersifat figurative ( keris mars, dalam imron 2008 : 9 ).  Menerut Gorys Keraf bidang kajian stilistika dapat meliputi semua herarki kebahasaan yakni pilihan kata (diksi), frasa, klausa, dan kalimat, serta wacana. Bahkan nada yang tersirat di balik wacana termasuk masalah gaya bahasa.
Ruang lingkup penelitian stilistika sangat luas (Hough, 1972; 31-39), dianggap sebagai tugas yang tidak mungkin untuk dilakukan, lebih-lebih apabila kaitannya dengan pengertian gaya bahasa secara luas, yaitu ; bahasa itu sendiri, karya sastra, karya seni, dan bahasa sehari-hari, termasuk ilmu pengetahuan. Ruang lingkup bertambah luas dengan adanya perkembangan pararel di berbagai Negara sehingga terjadi tumpang tindih diantaranya.  Maka dari itu pembatasan ruang lingkup (1) ruang lingkup dengan kaitannya dengan objek stilistika itu sendiri ,dan (2) ruang lingkup kaitannya dengan objek yang mungkin dilakukan dalam suatu aktivitas penelitian.  Ruang lingkup paling luas adalah keseluruhan khasanah sastra, sebab akibat yang ditimbulkan oleh adanya usaha untuk menciptakan bahasa yang khas, baik sastra lama maupun modern, lisan maupun tulisan. Dengan adanya pembagian khazanah menjadi dua bagian besar yaitu lama dan modern, maka jangkauan penelitian juga dibedakan menjadi dua macam yaitu stilistika sastra lama dan modern.


DAFTAR PUSTAKA

Imron, Ali. 2008. Stilistika Sebuah Pengantar. Surakarta : UMS.
Ratna, Nyoman Khuta. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Satoto, Sudiro. 1995. Stilistika.



Senin, 27 Januari 2014

Laskar Pelangi

SINOPSIS NOVEL
“LASKAR PELANGI”



Begitu banyak hal menakjubkan yang terjadi dalam masa kecil para anggota Laskar Pelangi. Sebelas orang anak Melayu Belitong yang luar biasa ini tak menyerah walau keadaan tak bersimpati pada mereka. Tengoklah Lintang, seorang kuli kopra cilik yang genius dan dengan senang hati bersepeda 80 kilometer pulang pergi untuk memuaskan dahaganya akan ilmu bahkan terkadang hanya untuk menyanyikan Padamu Negeri di akhir jam sekolah. Atau Mahar, seorang pesuruh tukang parut kelapa sekaligus seniman dadakan yang imajinatif, tak logis, kreatif, dan sering diremehkan sahabat-sahabatnya, namun berhasil mengangkat derajat sekolah kampung mereka dalam karnaval 17 Agustus. Dan juga sembilan orang Laskar Pelangi lain yang begitu bersemangat dalam menjalani hidup dan berjuang meraih cita-cita. Selami ironisnya kehidupan mereka, kejujuran pemikiran mereka, indahnya petualangan mereka, dan temukan diri Anda tertawa, menangis, dan tersentuh saat membaca setiap lembarnya.Buku ini dipersembahkan buat mereka yang meyakini the magic of childhood memories, dan khususnya juga buat siapa saja yang masih meyakini adanya pintu keajaiban lain untukmengubah dunia: pendidikan.
Sebuah tempat kecil di Indonesia yang memiliki kekayaan yang luar biasa. Sayangnya tidak semua penduduknya dapat merasakan hasil dari kekayaan alam negerinya. Tersebutlah sebuah daerah di Belitong di mana masyarakat di dalamnya terbagi dalam dua bagian yang amat berbeda status sosialnya. Dimana terdapat masyarakat yang dapat menikmati fasilitas terbaik dan kehidupan yang sangat layak. Mereka lah orang-orang staf atau petinggi PN Timah. Di lain pihak, terdapat sekumpulan manusia yang harus jungkir balik untuk menafkahi keluarganya dan hidup dengan fasilitas yang bahkan sangat tidak memadai. Merekalah para pekerja rendahan dari PN Timah. Mereka tak bisa ikut merasakan kemewahan yang dinikmati para golongan elite, karna secara langsung, pemerintah disana telah memisahkan tempat tinggal, pekerjaan dan membedakan status diantara keduanya. Tersebutlah sebuah sekolah terpencil di daerah Belitong yang bahkan tak tersentuh tangan pemerintah, Sekolah Muhamadiyah. Bertahan demi pendidikan rakyat miskin. Pengorbanan dari satu-satunya pengajar yang harus diacungi jempol yang bertahan demi kemajuan pendidikan ilmu dan agama untuk anak-anak tidak mampu, dialah Ibu Mus. Dan ketabahan sang kepala sekolah yang terkadang merangkap sebagai guru, Pak Harfan. Benar-benar luar biasa membayangkan betapa merekalah cerminan kata-kata “Guru, Pahlawan tanpa tanda jasa” yang sesungguhnya. Mereka telah berhasil mencetak manusia-manusia yang walaupun tidak keseluruhan sukses secara materi tapi mereka semua sukses dalam berperilaku sosial yang baik. Berkeagamaan yang baik dan setidaknya jika ada yang menjadi petinggi, mereka bukanlah seorang koruptor.
Persahabatan sepuluh orang anak miskin yang menamakan diri mereka sebagai Laskar Pelangi. Mereka sudah bersama sejak mereka memulai bangku sekolah. Merekalah : Ikal, Mahar, Lintang, Harun, Syahdan, A Kiong, Trapani, Borek, Kucai dan satu-satunya wanita di kelas mereka, Sahara. Mereka semua diberi suatu karakter yang kuat satu sama lain oleh sang penulis sehingga sifat diantara mereka semuanya unik. Banyak hal yang mereka lalui bersama. Kemiskinan sepertinya bukan hal yang bisa merusak masa kanak-kanak mereka. Kisah indah percintaan anak muda antara Ikal dengan seorang Tionghoa bernama A Ling yang berawal dari pembelian kapur tulis yang mengesankan. Kesabaran Ikal untuk bisa mendapatkan kekasih hatinya sampai ketegaran Ikal saat A Ling akhirnya harus meninggalkannya. Dari sini kita dapat belajar bahwa seorang anak kecil bahkan bisa bersikap jauh lebih dewasa dibandingkan orang dewasa saat menghadapi masalah percintaan. Siapa juga akan menyangka bahwa sekolah terpencil Muhamadiyah bisa berbuah dua orang genius di bidang yang berbeda. Dialah Lintang, sang ilmuwan cilik. Dan Mahar, sang seniman sejati. Banyak perubahan besar yang mereka lakukan dalam merubah citra sekolah Muhamadiyah dimata masyarakat elite melalui bidang mereka masing-masing. Tapi ternyata nasib selanjutnya berkehendak lain. Ayah Lintang meningggal dunia, dan sang genius itu terpaksa harus menghentikan pendidikannya di sekolah Muhamadiyah akibat tak ada biaya. Tak ada yang menyangka juga bahwa sang seniman, Mahar, semakin hari justru malah semakin tertarik pada ilmu mistik alam gaib.
Karena suatu hal, membawa ia pada suatu pertemuan dengan seorang anak perempuan tomboy, anak seorang penguasa kapal keruk di PN Timah, Flo. Karena tertarik pada bidang mistik yang dimiliki oleh Mahar, Flo akhirnya meninggalkan segala kemewahan sekolah PN untuk melanjutkan studinya di sekolah miskin Muhamadiyah. Mereka bersama kelompok pecinta alam gaibnya telah banyak menguak misteri yang dianggap orang keramat di daerah Belitong. Tak jarang kelompok yang dipimpin Mahar ini mendapatkan ejekan dari masyarakat setempat. Tapi Mahar serta Flo tak pernah menyerah. Juga walaupun telah ditegur oleh Ibu Mus karna telah menodai ilmu agama, tapi Mahar dan Flo tetap pada jalan yang telah ia tempuh. Hobi mereka pada alam gaib ini menyebabkan mereka terancam tak bisa mengikuti ebtanas karna nilai-nilai mereka yang semakin menurun. Mereka pun mulai resah. Akhirnya terlintas ide untuk meminta petunjuk pada seorang dukun sakti yang banyak disebut oleh masyarakat sebagai manusia setengah peri, Tuk Bayan Tula. Maka pergilah Flo dan Mahar bersama tim dunia mistiknya mengunjungi kediaman sang Tuk yang terdapat pada sebuah pulau tak berpenghuni yang terkenal sangat angker yaitu Pulau Lanun.
Dengan mempertaruhkan nyawa sepanjang perjalanan, akhirnya mereka semua sampai di Pulau tersebut. Dengan menempuh perjalanan yang panjang dan mengerikan, akhirnya mereka sampai ke suatu gua tempat kediaman sang dukun. Dan mereka berhasil berjumpa langsung dengan Tuk Bayan Tula, sang idola mereka. Maka berceritalah Flo dan Mahar tentang masalah mereka di sekolah. Tuk yang menghargai usaha mereka mencapai pulau itu kemudian memberi mereka sebuah petunjuk yang tertulis pada sebuah gulungan kertas. Siapa menyangka ternyata petunjuk yang diberikan sang dukun bisa mengubah jalan hidup Mahar dan Flo. Dua belas tahun kemudian, kesepuluh sahabat itu menjadi seseorang yang benar-benar tidak bisa disangka. Mereka menjalani hidup mereka masing-masing dengan damai dan selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan pada mereka saat itu. Seperti apakah petunjuk yang diberikan oleh sang dukun sakti kepada Mahar dan Flo hingga menyebabkan perubahan pada diri mereka?
MAKNA NOVEL
LASKAR PELANGI

Novel Laskar Pelangi karya Mas Andrea Hirata. Ceritanya berkisah tentang perjuangan dua orang guru yang memiliki dedikasi tinggi dalam dunia pendidikan. Novel ini menunjukkan pada kita bahwa pendidikan adalah memberikan hati kita kepada anak-anak, bukan sekadar memberikan instruksi atau komando, dan bahwa setiap anak memiliki potensi unggul yang akan tumbuh menjadi prestasi cemerlang di masa depan, apabila diberi kesempatan dan keteladanan oleh orang-orang yang mengerti akan makna pendidikan yang sesungguhnya. Ramuan pengalaman dan imajinasi yang menarik, yang menjawab inti pertanyaan kita tentang hubungan-hubungan antara gagasan sederhana, kendala, dan kualitas pendidikan. Di tengah berbagai berita dan hiburan televisi tentang sekolah yang tak cukup memberi inspirasi dan spirit, maka buku ini adalah pilihan yang menarik. Buku ini ditulis dalam semangat realis kehidupan sekolah, sebuah dunia tak tersentuh, sebuah semangat bersama untuk survive dalam semangat humanis yang menyentuh. Cerita Laskar Pelangi sangat inspiratif. Andrea menulis sebuah novel yang akan mengobarkan semangat mereka yang selalu dirundung kesulitan dalam menempuh pendidikan.
 Inilah cerita yang sangat mengharukan tentang dunia pendidikan dengan tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa, yang dituturkan secara indah dan cerdas. Pada dasarnya kemiskinan tidak berkorelasi langsung dengan kebodohan atau kegeniusan. Sebagai penyakit sosial kemiskinan harus diperangi dengn metode pendidikan yang tepat guna. Dalam hubungan itu hendaknya semua pihak berpartisipasi aktif sehingga terbangun sebuah monumen kebajikan di tengah arogansi uang dan kekuasaan materi.  

Bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak, Sebuah buku yang “pintar” hasil dari pemikiran seorang yang pintar. Menggabungkan dua hal yang berbeda, sastra dan science. Sepertinya saat kita membaca ini kita bukan hanya terlarut dalam perjalanan hidup pelaku didalamnya tapi juga kita bisa belajar banyak.


Daftar Pustaka

Hirata, Andrea. 2005. Laskar Pelangi (529 Hlm). Penerbit Bentang. 

Model Metode Pembelajaran

Model dan Metode

Model-model dan metode-metode mengajar pokok dalam arti pandangan lebih menonjol dan relevan dengan tuntunan kebutuhan dunia pendidikan masa kini. Modifikasi, khususnya terhadap sebagai metode mengajar, penyusun lakukan seperlunya dalam rangka pengembangan atau penyesuaian dengan kebutuhan (Syah, 2004:189-213).
1. Model Pokok Mengajar
Model-model mengajar adalah blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran. Kumpulan atau set model yang dikembangkan Bruce Joyce dan Marsha Weil dengan kategorisas sebagai berikut:
a.      Model Information Processing (tahapan pengelolaan informasi).
Information processing adalah sebuah istilah kunci dalam psikologi kongnitif yang terakhir-akhir ini semakin mendominasi sebagaian besar upaya riset dan pembahasan psikologi pendidikan. Information processing sebagai sebuah rumpun model-model mengajar perlu dipelajari dan diterapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar agar ranah cipta siswa dapat berkembang dan berfungsi seoptimal mungkin.
Model ini model peningkatan kapasitas berpikir. Peningkatan kapasitas berpikir diarahkan pada pengembangan-pengembangan sebagai berikut: daya cipta akal siswa, berpikir kritis siswa, penilaian mandiri siswa/ dan juga pengembangan, dan sosio-emosional siswa sebagai salah satu fenomena ranah rasa siswa.
Langkah-langkah dalam mempersiapkan model ini, Pertama, langkah konfrontasi (situasi yang menantang, penuh teka-teki, dan terkadang tak masuk akal), Kedua, langkah inquiri (menggunakan inteleks siswa untuk memperoleh pengetahuan), Ketiga, langkah transfer (pengetahuan yang didapatkan dapat mempermudah penyelesaian tugas-tugas pembelajaran selanjutnya.

b.      Model Personal (pengembangan pribadi)
Model ini pada umumnya berorientasi pada pengembangan pribadi siswa denga lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutaman fungsi emotional. Model Nondirektif, model ini dirancang secara sederhana untuk membantu mempermudah proses belajar pada siswa secara umum. Dalam artian ditunjukan pada aktivitas belajar materi tertentu. Didukung juga dengan teknik wawancara yang memudahkan siswa menuangkan ide, dan dibebaskan dalam menjawab .
Langkah-langkah dalam model Nondirektif menurut Carl Rogers yang pendapatnya dikutip Dahlan (1990), Pertama, menentukan situasi yang membantu (melakukan wawancara masalah materi yang diajarkan), Kedua, mendorong/ memotivasi siswa (mengemukakan sendiri masalah yang dihadapi siswa dan guru mengetahui dan membantu), Ketiga, mengembangkan insight (tikikan) dalam siswa diharapkan dapat menampakkan personal dalam arti mengerti dan menyadari kesalahan dan ketidaktahuan dalam materi, Keempat, memotivasi siswa dan memecahkan masalah yang dihadapi siswa, Kelima, mengambil keputusan jawaban-jawaban jenis tindakan positif.

c.       Model Sosial (hubungan bermasyarakat)
Model sosial adalah rumpun model mengajar yang menitikberatkan pada proses interaksi antarindividu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Model Role Playing (bermain peran), berfungsi penyuluhan bersifat edukatif, prosedur terapi kejiwaan dan penyuluhan bersifat industrial (Reber, 1988).
Langkah-langkahnya Pertama, memotivasi kelompok, merangsang minat siswa terhadap kegiatan bermain peran, Kedua, memilih pemeran semuanya melakukan pemilihan peran, mendiskusikan gambar karakter yang akan diperankan, Ketiga, mempersiapkan pengamatan yang dilakukan para siswa, Keempat, mempersiapkan tahapan peranan, memerlukan dialog-dialog yang digunakan untuk tampil bermain peran. Kelima, pemeran semuanya sudah yang siap mulai para aktor memainkan perannya, Keenam, diskusi dan evaluasi  setelah semunya selesai diadakan diskusi dan evaluasi yang saling bertukar pikiran supaya lebih baik, Ketujuh, pengulangan pemeran sesudah adanya diskusi dan evaluasi muncul gagasan baru yang memperbaiki peran berikutnya, Kedelapan, diskusi dan evaluasi ulang mengkaji kembali hasil pemeranan ulang pada langkah ketujuh tadi, Kesembilan, memberi pengalaman dan menarik generalisasi untuk menarik faidah pokok yang terkandung dalam bermain peran.

d.       Model Behavioral (pengembangan perilaku)
Aktivitas mengajar, menurut teori ini, harus diajukan pada timbulnya perilaku buru atau berubahnya perilaku siswa kearah yang sejalan dengan harapan. Dalam rumpun model mengajar behaviora terhadap banyak model mengajar. Model mengajar Mastery Learning menurut Benjamin Bloom pada dasarnya merupakan pendekatan mengajar mengacu pada penetapan kriteria hasil belajar, yaitu: pengetahuan, konsep, keterampilan, sikap dan nilai.
Langkah-langkah, Pertama, langkah orientasi menyusun kerangka kerja pengajaran, Kedua, langkah penyajian guru menjelaskan konsep-konsep yang terdapat dalam pokok bahasan, diselingi dengan peragaan atau demonstarasi keterampilan yang berhubungan dengan materi pelajaran, Ketiga, strukturisasi latihan guru memperlihatkan contoh-contoh mempraktikan keterampilan sesuai dengan urutan yang telah dijelaskan pada waktu penyajian materi,  Keempat, langkah praktik guru member peluang yang cukup luas kepada para siswa untuk mempraktikan ketrampilan yang telah mereka dengar pada tahap-tahap sebelumnya, Kelima, langkah praktik bebas, tahapan terakhir guru dapat member kebebasan kepada para siswa untuk mempraktikan sendiri ketrampilan yang sudah siswa kuasai.

 2. Metode Pokok Mengajar
Metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur buku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, kususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa (Tardif, 1989).
Ragam metode pengajaran
a.      Metode Ceramah
Ceramah adalah sebuah metode ceramah yang paling klasik, tetapi masih dipakai orang di mana-mana hingga sekarang. Metode ceramah ialah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode caramah atau kuliah sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah.
Dalam metode ini perhatian terpusat pada guru, sedangkan siswa hanya menerima secara pasif, mirif dengan anak balita yang disuapi. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ini terdapat unsur paksaan. Metode ini juga mengalami hambatan daya kritis siswa karena segala informasi yang disampaikan guru biasanya ditelan mentah-mentah tanpa dibedakan apakah informasi itu salah atau benar, dipahami atau tidak.

b.      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah. Metode ini lazim juga disebut sebagai metode kelompok dan resitasi bersama. Aplikasi metod ini biasnya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok. Tujuan metode ini ialah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam.
Metode diskusi diaplikasikan mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama, dan mengambil satu alternative jawaban atau beberapa alternative jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Ragam diskusi,
1.      Dikusi Informal
Aturan dalam diskusi ini lebih longgar dari pada aturan yang dipakai dalam diskusi lainya. Sifatnya tidak resmi, jumlah dibatasi dan hanya merupakan kelompok kecil.
2.      Diskusi Formal
Aturan ini biasanya ketat dan rapi. Jumlah siswa yang menjadi pesertapun umunya lebih banyak bahkan dapat melebihkan seluruh siswa kelas.
3.      Dikusi Panel
Diikuti seluruh siswa. Kata “panel” berarti sekelompok pembicara yang dipilih untuk berbicara. Tugas utama meraka adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta.
4.      Diskusi Simponsium
Penyelanggaraan diskusi simponsium secara umum sama dengan penyelenggaraan diskusi formal lainnya. Perbedaannya, angenda masalah dalam symposium disampaikan oleh pemrasaran atau lebih.
      Dilihat dari sudut pola pemusatan orang yang berperan dalam diskusi di sekolah, metode diskusi terbagi menjadi dua golongan :
1.      Pola diskusi yang berpusat pada guru (teacher centrality)
Peran guru sebagai indicator, direktur, moderator, evaluator.
Sedangakn siswa sebagai contributor, evaluator.
2.      Pola diskusi yang berpusat pada siswa (student centrality)
Pemusatan kegiatan pada siswa, mempunyai fungsi indikator, konsultan, pendorong semangat, observer dan evaluator.
Peran siswa sebagai moderator, kontibutor, pendorong semangat, evaluator.
Peran guru sebagai dorongan semangat bagi anak sangat diperlukan terutama oleh peserta yang tergolong kurang pintar atau pendiam.

c.       Metode Demonstrasi
Demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
Tujuan pokok penggunaan metode demonstari  dalam proses belajar mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu.

d.      Metode ceramah plus.
Metode ceramah plus sering dianggap baing keladi yang menimbulkan penyakit bungkam dikalangan pelajar, namun kenyataannya metode ini masih popular dikalangan guru dimana-mana. Hanya sebelum metode itu digunakan guru tentu perlu melakukan modifikasi atau penyesuain seperlunya.
      Metode ceramah plus biasanya metode campuran.
1.      Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT).
Penyampaian dari guru, pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa, pemberian tugas kepada para siswa.
2.      Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT).
Memberi informasi atau penjelasan mengenai pokok bahasan dan topik atau agenda masalah yang akan didiskusikan. Jadi setiap guru menjelaskan fungsinya sebagai indikator.
3.      Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL).
Aplikasi ini kurang lebih sama dengan aplikasi metode CPDT, yaitu harus dilakukan secara tertib sesuai dengan urutannya. Tujuan ini untuk menjelaskan konsep-konsep keterampilan jasmaniah yang terdapat dalam materi-materi pelajaran keterampilan tertentu. Tujuan metode ini untuk memperagakan atau mempertunjukan kiat dan proses melakukan keterampilan yang telah diuraikan sebelumnya, yakni pada tahapan ceramah tadi.


DAFTAR PUSTAKA


Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dalam Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pendekatan Pembelajaran

PENDEKATAN

Banyak pendekatan belajar yang dapat diajarkan kepada siswa untuk mempelajari bidang studi atau materi ajaran tertentu. Dalam buku Psikologi Pendidikan ini terdapat beberapa model pendekatan (Syah, 2004:127-130) yaitu:
1.      Pendekatan Hukum Jost
Menurut Reber (1988),salah satu asumsi penting yang mendasari hukum Jost (Jost’s Law) adalah siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni. Menurut Hukum Jost, belajar dengan kiat 5 x 3 adalah lebih baik dari pada 3 x 5 walaupun hasil perkalian kedua kiat tersebut sama.
Maksudnya, memperlajari sebuah materi dengan alokasi waktu 3 jam per hari selama 5 hari akan lebih efektif daripada memperlajari materi tersebut dengan alokasi 5 jam sehari tetapi hanya 3 hari. Contoh ini perumpamaan pendekatan belajar dengan cara mencicil, hingga dipandang cukup berhasil guna terutama untuk materi-materi yang bersifat hafalan. 

2.      Pendekatan Ballard dan Clanchy
Pendekatan Ballard dan Clanchy (1990), pendekatan belajar siswa pada umumny dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan (attitude to knowledge). Dua macam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu sikap melestarikan apa yang sudah ada (conserving) dan sikap memperluas (extending).

Siswa yang bersifat conserving  pada umumnya menggunakan pendekatan belajar “produktif” (bersifat mengembalikan fakta dan informasi). Sedangkan siswa yang bersikap exstending,  biasanya menggunakan pendekatan “analitis” (berdasarkan pemilahan dan interpretasi fakta dan informasi”. Bahkan yang bersikap extending cukup banyak yang menggunakan pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu pendekatan spekulatif (berdasarkan pemikiran mendalam) yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan juga perkembangan.

3.      Pendekatan Biggs
John Biggs seorang professor kognitif yang sejak tahun 1987 menyimpulkan bahwa prototype-prototipe pendekatan belajar pada umumnya digunakan pada siswa berdasarkan motifnya, bukan karena sikap terhadap pengetahuan. Menurut penelitian Biggs (1991), pendekatan belajar siswa dapat dikelompokan ke dalam tiga prototype (bentuk dasar).
a.       Pendekatan surface (permukaan/ bersifat lahiriah)
Siswa menggunakan pendekatan surface  misalnya, ingin belajar karena dorongan dari luar (ekstrensik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Gaya belajar santai, asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.
b.      Pendekatan deep (mendalam)
Siswa menggunakan pendekatan deep mempelajari materi karena dia tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikanya. Siswa yang lulus mendapatkan nilai baik adalah penting, tetapi lebih penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya.
c.       Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tertingi)
Siswa menggunakan pendekatan achieving  pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrensik yang berciri khusus yang disebut “ego-enhancement” yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar seperti ini lebih serius dari pada pendekatan lainnya.


DAFTAR PUSTAKA


Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dalam Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Antropologi

Azaz-azaz dan Ruang Lingkup Antropologi


1.      Fase-fase Perkembangan Ilmu Antropologi
Fase pertama, sebelum tahun 1800, pada abad ke-18 menurut orang eropa, terdapat tiga macam sikap yang bertentangan terhadap bangsa-bangsa di Afrika, Asia, Oseania, dan orang-orang Indian di Amerika. 1) Orang Eropa memandang akan sifat keburukan dari bangsa-bangsa jauh tadi itu, mengatakan bahwa meraka manusia liar, 2) Orang Eropa memandang akan sifat-sifat baik dari bangsa jauh tadi, mengatakan bahwa masyarakat yang masih murni, belum kemasukan kejahatan, 3) Orang Eropa tertarik akan adat-istiadat yang aneh dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari suku bangsa Afrika, Asia, Oseania, dan Amerika pribumi.
Fase Kedua,  pertengahan abad ke-19, semua bentuk masyarakat dan kebudayaan dari bentuk bangsa-bangsa di luar Eropa, yang oleh orang Eropa disebut Primitif, dianggap sebagai contoh-contoh dari tingkatan-tingkatan kebudayaan yang lebih rendah, yang masih hidup sampai sekarang sebagai sisa-sisa dari kebudayaan-kebudayaan manusia zaman dahulu.
Fase Ketiga, permulaan abad ke-20, antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, dan tujuannya dapat dirumuskan “mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa diluar Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masyarakat masa kini yang kompleks”.
Fase Keempat, tahun kira-kira 1930, mengenai tujuan antropologi yang baru dalam fase perkembangannya yang keempat ini dibagi menjadi dua. Tujuan akademikal yaitu mencapai pengertian tentang mahluk manusia pada umumnya dengan mempelajari anekawarna bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Tujuan praktisnya yaitu mempelajari manusia dalam anekawarna masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.

2.      Antropologi Masa Kini
Terdapat perbedaan-perbedaan sampai sekarang masih dipakai istilah.
Ethography, pelukis tentang bangsa-bangsa, karangan-karangan tentang masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa, bersifat deskriptif.
Ethnology, ilmu bangsa-bangsa, digunakan di Amerika dan Inggris mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengans sejarah perkembangan kebudayaan manusia.
Volkerkunde, ilmu bangsa-bangsa, dipergunakan di Eropa Tengah sampai sekarang.
Kulturkunde, ilmu kebudayaan, yang digunakan seorang sarjana antropologi dari Jerman L. Frobonius artinya ethnology.
Antropology, ilmu tentang manusia, istilah yang sangat tua. Yaitu ciri-ciri tubuh manusia.
Cultural anthropology, arti luas yang tidak mempelajari manusia dari sudut fisiknya sebagai lawan dari physical anthropology.  Ilmu kebudayaan.
Social anthropology, sebagai lawan dari ethnology.

3.      Ilmu-Ilmu Bagian dari Antropologi
Paleo-antropologi, ilmu yang meneliti soal asal-usul atau soal asal-usul atau soal terjadinya dan evolusi mahluk manusia dengan mempergunakan sebagai bahan penelitian sisa-sisa tubuh yang membantu, fosil manusia zaman dahulu.
Antropologi fisik, bagaian dari ilmu antropologi yang mencoba mencapai suatu pengertian tentang sejarah terjadinya anekawarna mahluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.
Etnolinguistik, disebut juga dengan antropologi linguistik, suatu ilmu bagian yang asal mulanya bersangkutan erat dengan ilmu antropologi. 
Prehistori, mempelajarai sejarah perkembangan dan penyebaran semuanya kebudayaan manusia di bumi dalam zaman dahulu sebelum manusia mengenal huruf.
Etnologi, ilmu bagian yang mencoba mencapai pengertian mengenai azaz-azaz manusia, dengan mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi pada masa sekrang ini.

4.      Hubungan Antara Antropologi Sosial dan Sosiologi
Antopologi sosial dengan suatu ilmu yang sebutannya telah lama dikenal umum, yaitu sosiologi. Sebaliknya ditinjau lebih khusus, 1) kedua ilmu itu masing-masing mempunyai asal-mula sejarah perkembangan berbeda, 2) asal mula sejarah yang berbeda menyebabkan adnaya suatu perbedaan pengkhususan kepada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu, 3) asal mula dan sejarah yang berbeda juga telah menyebabkan  berkembanganya beberapa metode dan masalah yang khusus dari kedua ilmu masing-masing.

5.      Hubungan Antara Antropologi dan Ilmu Lain
Ilmu geologi, unsur relative dari hasil fosil-fosil mahluk primat dan fosil-fosil manusia zaman dahulu.
Ilmu Paleontology, batuan dari peleontologi sebagai ilmu yang meneliti fosil mahluk-mahluk dari kata-kata dahulu untuk membantu suatu rekontruksi tentang proses evolusi bentuk-bentuk mahluk dari dahulu sampai sekarang.
Anatomi, meneliti ciri-ciri ras-ras di dunia, sangat perlua akan anatomi karena ciri-ciri dari berbagai kerangka manusia, berbagai bagian tengkorak, dan ciri-ciri dari bagian tubuh manusia pada umunya.
Kesahatan masyarakat, data mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang kesehatan, dan lain-lain.
Psikiatri, suatu pengeluasan dari hubungan antara ilmu antoprologi dan ilmu psikologi, yang kemudian mendapat fungsi yang praktis.
Lingusitik, dengan mengetahui ilmu bahasa, seorang peneliti menguasai suatu alat untuk dengan cepat dapat menganalisa dan mempelajari bahasa.
Arkeologi, penelitian kebudayaan-kebudayaan kuno mempergunakan sebagai bahan penelitian, bekas-bekas bengunan kuno reruntuhan.
Sejarah, sejarah antropologi seringkali harus juga memiliki pengetahuan tentang metode-metode untuk merekonstruksi sejarah dari suatu rangkaian peristiwa.
Geografi, banyak masalah kebudayaan manusia mempunyai sangkut paut dengan keadaan lingkungan alamnya.
Ekonomi, keterangan komparatif sangat berguna.
Hukum adat, hukum adat bukan merupakan suatu sistem hukum yang diabsraksikan sebagai aturan-aturan dalam kitab undang-undang, melainkan timbul dan hidup lama dari masalah-masalah pradata yang berasal dari masyarakat.
Administrasi, ilmu administarasi antara lain bisa didapatkan dengan penelitian berdasarkan metode-metode antropologi.
Politik, hubungan kekuatan-kekuatan serta proses-proses politik dalam segala macam negara dengan berbagai macam sistem pemerintahan.

6.      Metode Ilmiah dari Antropologi
Metode ilmiah, segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan. Pengumpulan Fakta, pengumpulan fakta mengenai kejadian dengan masyarakat dan kebudayaan untuk pengolaan secara ilmu.
Field notes, salah satu metode dalam wawancara yang dicatat. Verifikasi , metode-metode untuk melakukan verifikasi atau menguji dalam kenyataan terdiri dari beberapa kaidah-kaidah yang telah dirumuskan, dan penelitian yang dicapai.



DAFTAR PUSTAKA


Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rhineka Cipta.

Sabtu, 18 Januari 2014

Konflik Batin Pudarnya Pesona Cleopatra

KONFLIK BATIN TOKOH DALAM
NOVEL “PUDARNYA PESONA CLEOPATRA”
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA


A. Latar Belakang Masalah
            Novel adalah uraian cerita dari sebagian besar kehidupan manusia yang ditokohkan dalam cerita tersebut yang didalamnya terdapat berbagai jenis masalah yang harus dihadapi tokoh tersebut. Masalah-masalah yang diuraikan dalam novel yang harus dihadapi oleh tokoh tersebut ternyata bukan hanya terbatas pada cerita saja, tetapi ada kemungkinan juga terdapat pada masyarakat luas (pembaca). Dengan demikian ada kalanya pembaca yang sedang mengalami masalah seperti dalam novel yang dibaca, mereka akan mengambil jalan untuk menyelesaikan masalah tersebut seperti dalam novel yang dibacanya.
            Karena banyak mengandung uraian mengenai masalah psikologi dan sosial novel banyak digemari oleh masyarakat  pembaca, di samping sebagai bacaan hiburan tentunya. Maka dari itu banyak novel yang dipublikasikan dengan cara disisipkan dalam majalah sebagi bonus tambahan untuk menarik pembaca, maupun langsung diterbitkan sebagai novel yang diwujudkan buku. Bagaimana dengan penelitian baik dan buruk novel novel tersebut ? baik buruk novel tersebut tentu tergantung kepada siapa yang menilai suatu karya. Artinya penilaian tersebut disesuaikan dengan selera  maupun kadar pengetahuan masing-masing pembaca. Itulah yang dijadikan tolak ukur.
            Novel sebagai kreasi manusia yang diangkat dari realitas kehidupan, tetapi realitas yang terdapat di dalamnya bukan lagi realitas yang utuh. Peristiwa kemasyarakatan yang tertulis  di dalamnya telah mengalami metamorphose imajinasi dalam diri pengarang. Dengan kata lain realitas tersebut adalah realitas realitas hasil proyeksi, atau sesuatu yang diproyeksikan kembali oleh pengarangnya dengan menggunakan daya imajinasi sesuai dengan kenyataan jiwa pengarang, yang berupa pengalaman hidup yang manis maupun pahit di dalam prosesnya. Hal ini merupakan suatu karya sastra disebut sebagi karya imajinatif.
            Seperti novel karya Habiburrahman El Shirazy didalamnya mengandung unsur konflik yang dialami dua tokoh dimana sebagi peran penting dalam novel yang berjudul “Pudarnya Pesona Cleopatra” dari sini kita bisa menganalisis masalah-masalah apa sajakah yang terdapat dan dialami tokoh tersebut. Dimanah rasa yang terpaksa selama beberapa bulan saat pernikahannya si pria masih belum bisa menerima akan kehadiran Rihana sebagai istrinya. Tekanan batin Rihana dan si pria berbeda, waktu terus berlalu dimanah Rihana mengandung akan hasil pernikahannya dengan si pria, semenjak itu Rihana ikut bersama ibunya. Sedangkan suaminya pulang dan ada kegiatan pelatihan di Jawa Barat. Si pria mendengarkan cerita temannya dimana mengenai kehidupan seorang yang hancur. Dari sini pria luluh dan bergegas pulang dan menghampiri istrinya.
            Sebelumnya si pria membelikan berbagai macam barang yang dianggap bermanfaat bagi instrinya. Sesampai dirumah mertuannya ibu hanya bisa menangis ketika si pria menanyakan  di mana Rihana Bu”’. Ibu menceritakan apa yang terjadi dan si pria itu menyesal dan menagis tiada henti ketika mengetahui bahwa istrinya “Riahan”sudah meninggal. Si pria berharap Rihana hidup kembali.  Novel “Pudarnya Pesona Cleopatra” di manah si tokoh mengalami konflik batin dimanah seorang pria yang dijodohkan oleh ibunya dengan wanita pilihanya, sedangkan si pria sudah memiliki pujahan hati yang di ibaratkan seperti Cleopatra.
            Dari hal inilah penulis mencoba mengkaji konflik batin yang dihadapi tokoh dalam novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Pudarnya Pesona Cleopatra”. Dimana  cerita yang bagus dan mengaharukan membuat pembaca seakan-akan  ikut dan mengalami akan hal itu. Dimana mengingat konflik batin sungguh terasa dan kelihatan dalam novel ini. Pembaca diharapkan bisa menemukan gagasan yang sesuai dengan alur cerita tersebut.

B. Pembatasan Masalah
            Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian ini jelas sebagai berikut “Struktur, Konflik Batin Yang Dialami Tokoh, dan Penyebab dalam novel  Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Pudarnya Pesona Cleopatra”.

C. Perumusan Masalah
            Untuk mendapatkan hasil penelitian yang terarah, maka diperlukan suatu perumusan masalah. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebaai berikut :
1.      Bagaimana struktur yang membangun novel Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Pudarnya Pesona Cleopatra” ?
2.      Bagaimana konflik batin tokoh “Pudarnya Pesona Cleopatra”.Karya Habiburrahman El Shirazy ?
3.      Apakah penyebab terjadinya konflik Batin dalam novel Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Pudarnya Pesona Cleopatra” ?

D. Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian haruslah jelas supaya tepat sasaran. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Mendeskripsikan struktur yang membangun novel Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Pudarnya Pesona Cleopatra”.

2.      Mendskripsikan konflik batin tokoh utama Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Pudarnya Pesona Cleopatra”.

E. Manfaat Penelitian
            Pada prinsipnya penelitian ini diharapkan dapat berhasil mencapai tujuan penelitian secara optimal, menghasilkan laporan yan sistematis dan dapat bermanfaat secara umum. Adapun manfaatnya adalah:
  1. Memberikan masukan dalam pengembangan apresiasi sastra khususnya bidang novel
  2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam studi sastra dengan tinjauan psikologi sastra.
  3. Mengetahui analisis konflik batin yang terdapat dalam novel Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Pudarnya Pesona Cleopatra”.
D. Tinjauan Pustaka
            Pada hakekatnya, suatu penelitian tidak beranjak dari nol secara murni. Akan tetapi secara umum telah ada acuan yang mendasari atas penelitian yang sejenis. Oleh karena itu, perlu mengenali peneliti yang terdahulu dan ada relevansinya. Dalam penelitian ini penulis mengacu pada penelitian yang terdahulu dan relevan dilaksanakan saat ini.
            Penelitian yang dilakukan Ari Astuti (UNS, 2005) yang berjudul “Perilaku Abnormal dalam novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara: Pendekatan Psikologi Sastra”. Dalam hasilnya dimana perilaku Abnormal terdapat dua macam yaitu neurotik dan psikotik. Neurotik diantaranya perilaku pobia, distress, perilaku social detektif, kecemasan rill, dan kecemasan neurotik. Yang termasuk psikotik adalah psikotik fungsional. Kaitannya denangan penelitian kami sama-sama mengkaji tentang masalah psikologi sastra tatapi dalam konflik batin tokoh dalam novel  Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Pudarnya Pesona Cleopatra”.
            Penelitian yang dilakukan Wahyu Widiyanto (2003) Skripsinya “Analisis Struktur dan Sosiologi Sastra Novel Pol Karya Putu Wijaya”. Menyimpulkan bahwa alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju. Temanya adalah seorang warga penduduk miskin bermimpi bertemu semar tokoh pewayangan yang menghebohkan warga masyarakat. Masalah yang menonjol dalam novel ini adalah kemiskinan dan konflik yang terjadi angota masyarakat. Hubungannya dengan penelitian kami dalam konflik batin tokoh dalam novel  Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Pudarnya Pesona Cleopatra”.

            Penelitian yang dilakukan oleh Nawang Yuanti (2007) skripsinya “Tingkah Laku Abnormal Tokoh Santo Dalam Novelet Tulalit Karya Putu Wijaya: Tinjauan Psikologi Sastra”. Dimana tokoh Santo yang mengalami abnormal, yang mengalami gangguan egois. Hubungannya dengan penelitian kami dalam konflik batin tokoh dalam novel  Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Pudarnya Pesona Cleopatra”.
            Penelitian yang dilakukan oleh Lucky Puspitasari (2007). Skripsi yang berjudul “Perilaku Seksual Dalam Novel Larung Karya Ayu Utami: Analisis Psikologi Sastra”. Dimana dalam novel tersebut terdapat empat macam perilaku seksual (1) perilaku seksual Immoralitas/Promiscuity. (2) perilaku seksual Sadisme, (3) perilaku seksual Mesokhisme, (4) perilaku seksual Biseksual. Hubungannya dengan penelitian kami dalam konflik batin tokoh dalam novel  Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Pudarnya Pesona Cleopatra”.
            Penelitian dilakukan oleh Astin Nugraheni (UMS,2006) skripsi “konflik batin tokoh zaza dalam novel azela jingga karya nanin pranoto: tinjauan psikologi sastra”. Zaza harus dihadapi dengan dua pilihan yang berat antara kesetiaan serta kecintaan seorang istri terhadap suaminya. Dalam penelitian kami mengkaji  dalam konflik batin tokoh dalam novel  Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Pudarnya Pesona Cleopatra”.
Berdasarkan uraian tentang hasil penelitian terdahulu, maka orisinalitas maupun kebenarannya penelitian dengan judul “konflik batin tokoh dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya : habiburrahman el shirazy tinjauan psikologi sastra”.

 E. Landasan Teori
1. Pendekatan Psikologi Sastra
                        Branca (dalam Walgito, 1997:8) menguntarakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang tingkah laku, dalam hal ini adalah menyangkut tingkah laku manusia.
                        Psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia, tingkah laku serta aktivitas-aktivitas itu merupakan manifestasi hidup kejiwaan (Wagiot, 1997:9).
                        Psikologi meliputi ilmu  pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang dimufakatin sarjana psikologi zaman ini. Psikologi modern memandang bahwa jiwa dan raga manusia adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, kegiatan jiwa tanpak pada kegiatan raga (Gerunan, 1993:3).
                        Penelitian psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu memutuskan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori yang dianggap ditentukan untuk melakukan analisis (Ratna, 2004:344).
                        Siswanto (2004:32) mengemukakan psikologi sastra mempelajari fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau bersaksi terhadap diri dan linkungan, dengan demikian gejala kejiwaan dapat terungkap lewat tokoh dalam sebuah karya sastra.
                        Sebagai disiplin ilmu, psikologi sastra dibedakan tiga pendekatan, yaitu (1) Pendekatan Ekspresif, yaitu kajian aspek psikologis penulis dalam proses kreativitas yang terproyeksi lewat karya sastra. (2) Pendekatan Tekstual, yaitu mengkaji aspek psikologi sang tokoh dalam sebuah karya sastra. (3) Pendekatan Reseptif Pragmatik yang mengkaji aspek psikologi pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya yang dinikmatinya serta proses kreatif yang ditempuh dalam menghayati teks (Amirnuddin, 1990:89)
                        Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pendekatan psikologi sangatlah tepat digunakan untuk menganalisis konflik batin tokoh utama dalam novel. Pendekatan psikologi digunakan karena konflik batin dalam diri tokoh utama sangat berhubungan dengan tingkah laku dan kehidupan psikis seorang tokoh utama.
     
            2. Hubungan Antara Psikologi Dengan Sastra
                        Sastra dan Psikologi mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Namun antara sastra dengan psikologi juga ada perbedaannya, di dalam psikologi gejala-gejala tersebut riil, sedangkan didalam sastra gejala-gejala tersebut bersifat imajinatif.
                        Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai aktifitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tidak lepas dari kejiwaan masing-masing. Bahkan sebagaimana sosiologi refleksi, psikologi sastrapun mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala jiwa kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri imajiner ke dalam teks sastra (Endraswara, 2003:96).
                        Hubungan antara psikologi dengan sastra adalah bahwa disuatu pihak karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas dan ekspresip manusia. Di pihak lain, psikologi sendiri dapat membantu pengarang dalam mengentalkan kepekaan dan member kesempatan untuk menjajaki pola-pola yang belum pernah terjamah sebelumnya. Hasil yang bisa diperoleh adalah kebenaran yang mempunyai nilai-nilai arstitik yang dapat menambah koherensi dan kompleksitas karya sastra tersebut (Wellek dan Waren, 1995:108).
                        Hubungan tidak langsung yang fungsional antara psikologi dan sastra karena manusia dan kebudayaan menjadi sumber dan struktur yang membangun solidaritas antara psikologi dan sastra.
 
            3. Teori Konflik Batin
Konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Dalam sastra diartikan bahwa konflik merupakan ketegangan atau pertentangan didalam cerita rekaan atau drama yakni pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dan sebagainya (Alwi, dkk 2005:587).        
Pengertian konflik batin menurutnya “Alwi dkk (2005:207) adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih, atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasi diri sehingga mempengaruhi tingkah laku.
Jenis konflik disebutkan Dirgagunarsa (dalam Sobur 2003: 292-293), bahwa konflik mempunyai beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut.
a.       Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflik)
Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu diantaranya.
b.      Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflik)
Konflik ini timbul jika dalam waktu sama timbul dua motif yang berlawanan menenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negative (merugikan, tidak menyenangkan). Karena itu ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjauhi objek itu.
c.       Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflik)          
Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif yang negative, dan muncul kebimbangan karena menjahui motif yang satu berarti harus memnuhi motif yang lain juga negatif.
Pada umumnya konflik dapat dikenali karena beberapa cirri, menurut Dirgagunarsa (dalam Sobur, 2007:293) adalah sebagai berikut:
a.       Terjadi pada setiap orang dengan reaksi berbeda untuk rangsangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang sifatnya pribadi.
b.      Konflik terjadi bilamana motif-motif mempunyai nilai yang seimbang atau kira-kira sama sehingga menimbulkan kebimbangan dan ketegangan.
c.       Konflik dapat berlangsung dalam waktu yang singkat, mungkin beberapa detik, tetapi bisa juga berlansung lama, berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.   
Irwanto (1997:207) menyebutkan pengertian konflik adalah keadaan munculnya dua atau lebih kebutuhan pada saat yan bersamaan. 

F. Metode Penelitian
    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar-variabel. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar bukan berupa angka. Tulisan hasil penelitian berupa kutipan-kutipan dari kumpulan data untuk ilustrasi dan menjadi materi laporan. (Amminudin, 1990:16).
            Dalam penelitian ini penulis mengungkapkan data-data yang berupa kata, frase, unkapan, dan kalimat yang ada dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy Dan permasalahan-permasalahannya dianalisis dengan menggunakan teori struktual, serta teori konflik batin. Hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian ini dipaparkan sebagai berikut. 
  1. Objek Penelitian
Objek penelitian sastra adalah pokok atu topic sastra (Sangidu, 2004:61).
Objek penelitian ini adalah konflik batin tokoh utama dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy yang diterbitkan Republika Tahun 2007 setebal 111 halaman.
  1. Data dan Sumber Data
a.       Data
Data merupakan bagian yang penting dalam setiap bentuk penelitian. Oleh karena itu, berbagai yang merupakan bagian dari keseluruhan proses pengumpulan data harus benar-benar dipahami oleh setiap peneliti (Sutopo, 2002:47).
Adapun data dalam penelitian adalah data yang berwujud kata, frase, ungkapan, dan kalimat yang terdapat dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy.
b.      Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, dikelompokkan menjadi dua, seperti berikut ini.
 1). Sumber data primer
      Sumber data primer yaitu sumber utama penelitian yang diproses langsung dari sumbernya tanpa lewat perantara (Siswantoro, 2005:54). Sumber data primer dari penelitian ini adalah novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy.
  2). Sumber data sekunder
            Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak langsung atau lewat perantara tetapi masih berdasarkan pada kategori konsep (Siswantoro, 2005:54). Dalam penelitian ini sumber data sekundernya berupa data novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy yang diambil dari internet.
  1. Teknik Penumpulan Data
Teknik penumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik pustaka adalah teknik yan menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Subroto, 1992:42). Teknik simak dan catat, yakni penelitian sebagai instrument kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer yaitu karya sastra berupa novel Pudarnya Pesona Cleopatra Dalam rangka memperoleh data yang diinginkan, dan terhadap sumber data sekunder sasaranya novel Pudarnya Pesona Cleopatra Hasil penyimakan terhadap sunber data primer dan sekunder tersebut kemudian ditampung dan dicatat untuk digunakan dalam penyusunan laporan penelitian sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai.
  1. Teknik Analisis Data
                        Teknik analisis data dalam penelitian ini mengunakan metode pembacaan heuristik dana hermeneutik. Metode pembacaan heuristik merupakan cara kerja yang dilkakukan oleh pembaca dengan menginterprestasikan teks suara secara referensial lewat tanda-tanda linguistik. Pembacaan heuristik juga dapat dilakukan secara struktual (Pradopo dalam Sangidu, 2004:19). Kerja heuristik menghasilkan pemahaman makna secara harfiah, makna tersurat, actual meaning (Nuriyantoro, 2007:33).
                        Langkah berikutnya metode hermeneutik. Palmer (2003:14-16) menyebutkan bahwa akar kata hermeneutic berasal dari istilah Yunani dari kata kerja hermeneuein yang berarti “menafsirkan” dan kata hermeneia,”interpretasi”. Interpretasi dapat menacu kepada tiga persoalan berbeda : pengucapan lisan, penjelasan yang masuk akal, dan transliterasi dari bahasa lain. Sastra merepresentasikan sesuatu yang harus “dipahami”. Tugas interpretasi harus membuat sesuatu yang jelas, dekat, dan dapat dipahami.
                        Definisi diatas sama dengan apa yang diungkapkan oleh Teeuw (1984:123), yaitu bahwa hermeneutika adalah ilmu atau keahlian meninterprestasi karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas maksudnya. Hubungan antara heuristik dengan hermeneutik dapat dilihat dari dan dipandan sebagai hubungan yang bersifat gradasi sebab kegiatan pembacaan atau kerja hermeneutik haruslah didahului oleh pembacaan heuristik. Kerja hermeneutic yang oleh Riffaterre disebut juga sebagai pembacaan retroaktif. Memerlukan pembacaan berkali-kali dan kritis (Nurgiyantoro, 2007:33)
                        Tahap pertama analisis data penelitian ini adalah pembacaan heuristik yaitu penulis meninterprestasikan teks novel Pudarnya Pesona Cleopatra. Melalui tanda-tanda lingusitik dan menemukan arti secara linguistik. Caranya yaitu membaca dengan cermat dan teliti tiap kata, kalimat, ataupun paragraf dalam novel. Hal ini digunakan untuk menemukan struktur yan terdapat dalam novel guna anlisis struktual. Selain itu juga digunakan untuk menemukan konflik batin yang dialami oleh si Pria dan Rihana sebagai tokoh utama. Tahap kedua penulis melakukan pembacaan hermeneutik yakni dengan menafsirkan makna peristiwa atau kejadian-kejadian yan terdapat dalam teks novel.. hingga dapat menemukan konflik batin dalam cerita tersebut.  


DAFTRA PUSTAKA 
Aminuddin. 1990 Sekitar Masalah Sastra. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.
Endraswarsa, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka   Widyatama.
Gerungan, W. 1996. Psikologi Sastra. Bandung: Erasco.
Nurgiyanto, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi, Cetakan keenam. Yogjakarta: Gajah Mada University Press.
Sangidu. 2009. Penelitian Sastra, Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat. Yogjakarta: Gajah Mada Universty Press.
Kartika, Ayu, Dian. 2008. Skripsi, Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Nayla Karya Djena Maesa Ayu : Tinjaun Psikologi Sastra


Oktavian Aditya Nugraha
Sabtu/ 18 Januari 2013/ 22.40