Rabu, 15 April 2015

Analisis Wacana

ANALISIS WACANA

"Teori dan Analisis"





siap membantu teman-teman untuk mempelajari Analisis Wacana "Teori dan Anlisis". Bahasa yang digunakan sederhana sehingga mudah dipahami pembaca.

harga terjangkau
minat PING aja :-) .... 083866420111 / oktavianaditya@yahoo.co.id

Selasa, 31 Maret 2015

TAGMEMIK

TATA BAHASA TAGMEMIK
Teori tagmemik pertama-tama dikembangkan oleh Kenneth L Pike, dan digunakan Summer Institute of Lingusitics (SIL) untuk pelatihan analisis bahasa. Kemudian  dikembangkan oleh  Longacre (1965); Cook (1969), (1971); Thomas (1986)  di Indonesia teori ini dapat dilihat pada karya Ba’dulu dan Herman (2005). Unit utama analsis tagmemik adalah tagmem yang berhubungan dengan fungsional slot dan kategori yang mengisi slot. Istilah tagmem pertama kali disebutkan oleh Bloomfield (1933) yaitu unit terkecil dari bentuk gramatika yang memilki makna. Sementara itu Pike (1958) menggunakan tagmem dengan istilah grameme pada mulanya yang kemudian diubah menjadi tagmem. Parera (1993:61) mengemukakan bahwa tagmem –tagmem adalah hubungan fungsi, bentuk yang didistribusikan dalam konstruksi bahasa, atau korelasi dari sebuah fungsi gramatikal dalam gatra dengan kelas (kelompok) unsur-unsur yang bergantian mengisi gatra tersebut. (http://maxilk.wordpress.com/2010/07/27/tata-bahasa-tagmemik/).
Pelopor teori Tagmemik adalah Prof. Kenneth Lee Pike seorang pendeta Kristen Protestan dan seorang ahli bahasa ulung yang ikut mendirikan dan mengembangkan Summer Institute of Linguistics, suatu organisasi yang bergerak di bidang penerjemahan Injil. Sebagai seorang pendeta Kristen, Pike membaktikan hidupnya untuk kegiatan pengajaran dan penyebaran Injil serta penerjemahan Injil ke dalam bahasa-bahasa yang belum pernah mengenal kitab ini. Sebagai seorang ilmuwan, Pike membaktikan dirinya di bidang penelitian dan pengembangan ilmu bahasa (Lembaga Bahasa Universitas Atma Jaya, 1987:71). Teori Tagmemik berkembang dari sebuah teori yang lebih komprehensif tentang bahasa dalam ruang lingkup perilaku manusia yang dikembangkan Pike antara tahun 1954-1960. (http://haerilhalim.wordpress.com/2011/02/10/tata-bahasa-tagmemik-hirarki-gramatikal-fonologis-dan-referensial/).
Nama tagmemik berasal dari kata tagma yang di dalam bahasa Yunani berarti “susunan”. Pike menggunakan kata itu sebagai istilah untuk mengacu kepada satuan etnik yaitu satuan lingual yang dilihat oleh pengamat atau peneliti bahasa orang luar. Istilah “etik” kemudian dihadapi dengan istilah tagmen yaitu satuan lingual yang bersifat emik yang dikenali sebagai makna oleh penutur asli suatu bahasa sebagai orang dalam. Di dalam teori tagmemik fonem, morfem, dan tagmen ini menduduki tataran yang berbeda-beda yang masing-masingnya membentuk hirarki fonologis yang mengatur pemolaan bunyi bahasa. Hirarki leksikal yang mengatur pemolaan lingua bermakna dan hirarki bergramatikal mangatur pemolaan fungsi. Satuan emik terkecil pada tataran fonologis adalah fonem, pada tataran leksikal morfem, dan pada tataran gramatikal adalah tagmen.


TEORI TAGMEMIK
Teori tagmemik berorientasi pada fungsi, jadi pengaji bahasa selalu harus diarahkan kepada memerikan dan menerangkan fungsi yang membentuk unsur-unsur bahasa, setiap unsure harus dapat dikenali bentuknya dan mendukung suatu fungsi tertentu. Fungsi dapat dipilahkan dari bentuk pada tataran bunyi dimana dibahas fonem yang mempunyai fungsi diferensasi (pembeda makna), pada leksikon dibahas morfem yang mempunyai fungsi referensial (membawa makna), dan pada tataran gramatika satuan dasar tagmem mempunyai fungsi gramatikal (membawa makna gramatikal).
Teori agmemik memandang bahasa sebagai bagian dari tingkah laku manusia dan bahwa tingkah laku tutur (verba) tidak dapat dipisahkan sama sekali dari tingkah laku non tutur (non verba) karena yang satunya tidak dapat dikaji secara memadai tanpa memperhitungkan yang lainya.
Ciri khas teori tagmemik
1.      Tagmemik berpegangan teguh pada tindak tingkah laku manusia.
2.      Pemerian bahasa tagmemik memperhitungkan fonologi, morfologi, sintaksis, makna, dan konteks secara serentak.
3.      Tagmemik menekankan keketatan pembagian tataran dalam pemerian bahasa.
4.      Tagmemik menggunakan alat pemerian yang memilah pandangan etnik dan emik.
       Membahas tentang etnik dan emik sebagai berikut
        ETIK                                                                    
       a. Mengamati semuanya kebudayaan
atau bahasa atau suatu kelompok yangdipilih secara      bersama-sama atau secara komparatif.
        b. Pandangan eksternal (orang luar) tentang suatu sistem.                                                                       c. Data etik diperoleh dari analisis yang bersifat sementara dan/atau sebagian                                       EMIK
        a. Mengamati suatu kebudayaan atau bahasa secara khusus.
        b. Pandangan internal (orangdalam ) tentang suatu sistem berdasarkan kriteria yang ada di dalam sitem itu sendiri. 
         c. Data emik menuntut pengetahuan yang utuh tentang keseluruan sistem dan merupakan data akhir.

5.      Dalam menganalisis satuan dasar sintaksis yakni tagmen ditekankan pada fungsi, bentuk, peran, dan kohesi.
6.      Pandangan tagmemik kalimat sebagai titik awal dan akhir analisis tidak menghasilkan pemerian yang memadai.
7.      Tagmemik sangat mementingkan konteks.
8.      Teori tagmemik mempostulasikan suatu sistem tingkah laku dimana setiap unsur sedikit-sedikitnya mempengaruhi atau membatasi unsur lain, sehingga tidak ada satu unsur pun dapat diberi batasan.
9.      Tagmemik menganut keyakinan akan adanya semesta-semestaan bahasa sebagai bagian dari tingkah laku manusia utuh.
Semesta-semestaan sebagai berikut :
a.       Adanya satuan (unit) yang dikenali , tingkah laku manusia, dimana bahasa masuk didalamnya.
b.      Adanya hirerarki yang menekankan hubungan timbale balik antara suatu satuan dengan suatu satuan yang lebih besar.
Hirerarki tersebut :
1.      Hirerarki fonoligis, hubungan antara bunyi-bunyi bahasa dengan satuan kata, kelompok tekanan, jeda, dan retoris. Dan menangani pemolaan gelombang yang berhubungan dengan bentuk atau manifestasi fisik. Ciri-ciri hirarki fonoligis yaitu bunyi berbaur bersama, masuk dalam struktur medan, bisa mengandung kontras nada yang relevan, dapat digambarkan dalam bagan komponen tali satuan, tempatnya dalam kata mempengaruhi pelafalan, dan jumlah dan susunannya mempengaruhi struktur silabel. Cotoh, Bunyi /p/ awal adalah aspirated dan berada dalam posisi maju karena bunyi /i/ berikutnya; selanjutnya /i/ sebagian prenasalized sebagai pengaruh /n/ berikutnya. Saling tindih bunyi-bunyi itu tidak didemonstrasikan di laboratorium fonetik dengan membandingkan kualitas-kualitas vocal dan konsonan dalam urutan-urutan yang berbeda. Dalam penentuan bunyi-bunyi sebagai kesatuan-kesatuan itu, kita hanya melihat puncak-puncak ombak (gelombang) itu dan mengabaikan batas-batas bunyi yang tidak jelas yang saling tindih itu (Tarigan, 1989: 196 dalam February 10, 2011 by Haeril Halim in Linguistics).
2.      Hirerarki gramatikal, hubungan antara satuan lingual, dari satuan terkecil (morfem) dengan satuan lingual yang lebih besar (kata, frasa, kalimat, paragraph, dll). Berhubungan dengan ditribusi, hubungan dan fungsi satuan-satuan. Misalnya I’m- secara gramatikal: batas kata terdapat di antara I dan am; secara fonologis: tidak ada batas silabel yang terdapat di dalam I’m.
3.      Hirerarki referensial, bahwa suatu tindakan atau entitas dapat dinyatakan dalam berbagai cara sehingga terbentuk hirerarki dari suatu konsep dengan parafrasa. Berhubungan dengan ciri pembawa makna. Contoh : Seorang ibu berkata kepada tetangga dekatnya, “Tuti baru saja pulang.” atau “Anakku sudah kembali” (ujaran-ujaran itu belum tentu dapat difahami oleh orang yang tidak dikenal mereka).
c.       Pentingnya konteks, sebab tidak ada sesuatupun yang yang dapat diberi batasa tanpa konteks.

Inti Teori Tagmemik
Inti dari teori tagmemik, seluruh tingkah laku manusia berstruktur. Bahasa di pandang sebagai bagian dari tingkah laku, jadi dapat disebut tingkah laku tutur (verbal). Tingkah laku ini muncul dalam bentuk penggalan-penggalan atau satuan-satuan yang dapat dikenali bentuk, ciri, dan distribusinya. Bentuk pada wujud fisik, ciri pada fitur yang berhubungan dengan makna, dan distibusi pada fungsi dan hubungan antar satuan.

Batasan- batasan Tagmen
Tagmen adalah wadah dalam suatu struktur (sintaksis atau morfologis) bersama dengan kelas formal unsur-unsur yang menempati wadah itu, korelasi suatu fungsi ketatabahasaan.
1.      Jalur Fungsional
Jalur adalah suatu posisi dalam suatu rangka konstruksi. Jalur fungsional adalah posisi-posisi dalam rangka-rangka kontruksi yang dibatasi bentuk-bentuk linguistik.
Fungsi adalah hubungan dengan ketatabahasaan. Menjawab pertanyaan mengenai apa yang diperbuat oleh bentuk dalam kontruksi.
Jalur fungsional dapat disamakan dengan posisi, proposisi, makna/arti.
2.      Kelas Pengisi
Kelas pengisi adalah daftar semua butir yang dapat mengisi lajur fungsional. Dapat ditukarkan satu sama lain. Kelas pengisi suatu kelas distribusi yang dalam banyak kasus, dalam banyak hal, heterogen. Contoh: dalam bahasa inggris pengisian subjek I, you, he, she, dan lainya sedangkan objeknya me, her, him.
3.      Korelasi Jalur Pengisi
Korelasi Jalur Pengisi disini korelasi jalur fungsional dengan kelas pengisi merupakan korelasi fungsi dan bentuk.

Jenis-jenis Tagmen dalam Konstruksi
1.      Tagmen Wajib vs Tagmen Bolehpilih
Tagmen wajib adalah tagmen yang terdapat dalam tiap-tiap manifestasi struktur dalam data tertentu, biasanya ditandai dengan (+).
Tagmen bolehpilih adalah tagmen yang terdapat dalam beberapa tetapi tidak semua manifestasi struktur, biasanya ditandai dengan tambah kurang (±).
Contoh : + A + B (tagmen kedua-duanya wajib)
              + A ± B (tagmen A wajib, dan tagmen B boleh pilih)
              ± A ± A (dapat terjadi atau tidak sama sekali)
              + ( + A    B ) untuk kombinasi A,AB, ( A membutuhkan B ).
2.      Tagmen Inti vs Tagmen Luas
Tagmen inti (nuklir) adalah tagmen yang bersifat diagnotis terhadap kontruksi tempatnya terjadi (boleh wajib atau bolehpilih).
Tagmen luas (peripheral) adalah tagmen yang tidak bersifat diagnotid kontruksi tempatnya terjadi (bolehpilih).
Triarah:
a.       Inti dan wajib
b.      Inti dan bolehpilih
c.       Luas (dan bolehpilih)
3.      Tagmen Bebasgerak vs Tagmen tetap
Tagmen bebasgerak adalah susunan tetap harus ditetapkan atau dinyatakan dengan baik.
Tagmen tetap adalah terdapat dalam posisi tempatnya ditampilkan kembali dalam suatu urutan yang tetap.

KEKUATAN DAN KELEMAHAN TATA BAHASA TAGMEMIK
Keunggulan
Menurut Pike dalam teori tagmemik keunggulan bahwa seluruh tingkah laku manusia (bahasa sebagai tingkah laku verbal). Itu berstruktur dan serentak satuan-satuan dibangun. Teori tagmemik memiliki titik awal ganda yaitu : dengan memanfaatkan sudut pandang statis, di mana satuan –satuan dipandang sebagai partikel yang pisah-pisah dengan manifistasi bentuk fisik dalam tataran fonologis, sedangkan dari sudut pandang dinamis bahwa tataran ferensial atau leksikal, dari relasional dikaitkan dengan tataran gramatikal.
Hirerarki bagian yang utuh adalah suatu hirerarki di mana suatu satuan harus dipandang sebagai bagian dari suatu satuan yang lebih besar lagi. Analisis pemeriaan hirerarki bagian-utuhan, pemilihan etik-emik, dan analisis unsure-untai secara bersama-sama dimanfaatkan untuk menetapkan identitas satuan-satuan lingual menurut teori tagmemik. Teori tagmemik sangat mementingkan kedudukan pengamat dan manusia yang terlibat dalam kancah komunikasi bahasa karena perasaan, niat, kemampuan, persepsi, dan tafsiranya erat bertaut dengan mempengaruhi kebahasaan.
Tagmemik menganut pandangan  bahwa kalimat sebagai titik awal dan titik akhir analisis sama sekali tidak menunjukan atau menghasilkan pemeriaan yang memadai. Tagmemik juga menangani struktur makna sebagai bagian intergral dari analisis bahasa, yaitu dengan memperhitungkan soal peran (pengisian makna), pada setiap tagmen.

Kelemahan
Kelamahan tagmemik :
1.      Perihal Intuisi, bahwa sangat penting untuk dianalisis, hal ini membuat satuan lingual secara kanistis tidak mungkin. Penegasan ini yang memperlemah pernyataan teori tagmemik.
2.      Konsep Emik dan Etik, merupakan alat perincian yang seharusnya ampuh belum didefinisikan secara benar-benar ketat dan tepat, terutama dalam penentuan tagmen.

3.      Konsep peran dan kerekatan (kohesi), masih perlu dikembangkan dan diperhalus. 



DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
de saussere, Ferdinand. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Yogjakarta : Gajah Mada University Press.
http://haerilhalim.wordpress.com/2011/02/10/tata-bahasa-tagmemik-hirarki-gramatikal-fonologis-dan-referensial/
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Tata Bahasa Tagmemik. Jakarta : Depdikbud.
Verhaar, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik. Yogjakarta : Gajah Mada University Press.

Input : Oktavian Aditya Nugraha (1 April 2015 : 08.37)