“Sejuta warna dimilikinya…” penggalan untuk seorang wanita
yang memiliki sejuta keindahan di dalam tubuhnya. Bidadari diibaratkan
perempuan indah sempurna. Pelangi berwarna-warni keindahan yang dimilikinya.
Suatu desa terpencil jauh dari keramaian hidup seorang perempuan sebatang kara
ditinggal sang pendamping entah kemana. Menjaga sang buah hati, membesarkan,
akan masuk sekolah dasar besoknya.
“hidup tak ada arti lagi bila aku membesarkan seorang diri
buah hati yang mungil ini” terucap kata dari mulut manisnya.
“harta tak ada, susah untuk dicari” keluhan keluar lagi dari
mulut manisnya.
Keluh kesah dari Ina (sang ibu) membesarkan buah hati dengan
kasih sayang sentuhan lembut seorang bidadari kepada sang buah hati. Kesabaran,
ketenangan, keinginan, untuk menjadikan sang buah hati menjadi orang sukses.
“anakku? Ibu membesarkanmu sendiri disini” Ina berkata ?
Bapak kemana bu ? “kata Ucup” sang buah hati yang dibesarkan
sang bunda.
Masa bodoh dengan bapakmu Nak? Tidak usah dipikirkan,
sekarang Ibu yang akan membesarkanmu tanpa Bapakmu! Ya, sudah Ibu berangkat
mencari uang dulu?
Ina bekerja sebagai penjaga toko baju di kota, jarak antara
desa ke kota bekisar dua jam di tempuh. Ayunan sepeda tua yang menemani dia
selama perjalanan, topi kecil menempel di kepala sang Ibu, melindungi panasnya
matahari dan hujan tidak tau kapan akan datang. Sampailah ke toko Cang Ahong
orang cina yang mempunyai toko baju, dimana Ina berjaga di situ.
Akhirnya datang juga? Ucapan Ahong kepada Ina.
Ia Cang? “Ina pun membalasnya”
Pelanggan menantimu, bertanya-tanya tentang dirimu? Jam
segini belum datang. Hanya kepadamu pelanggan ingin bertemu.
Pekerjaan yang dilakukan Ina selama ini menjadi penjaga toko
seharian. Keramahan dan kelembutan Ina menanggapi setiap pembeli baju, membuat
dirinya disegani Cang Ahong, terutama pembeli menjadi suka pada dirinya. Naluri
keIbuan muncul ketika menghadapi anak-anak yang sedang memilih baju. Senyum
indahnya membuat anak-anak senang, kata-kata yang manis membuat anak-anak
tenang hatinya. Teringat sang buah hati di rumah, terkadang tetesan air mata
mengalir dari Ina. Meneratapi nasib kehidupan dengan sang buah hati yang tidak
kunjung membaik.
Melihat anak kecil bermain, ibarat seperti anaknya sendiri.
Waktu pulang tiba, diterimanya uang dari Cang Ahong sebagai hasil kerja keras
hari ini. Senyuman lebar, raut wajah menjadi cerah menerima uang yang
diberikan.
Berkata Ina “Terima kasih Cang? “senyuman menyertai ucapan
ini”.
Uang yang
kau beri akan membuat sang buah hati senang riang gembira tak terkira”.
Akan Ina
tabung untuk sekolahnya sang buah hati.
Diambilnya sepeda tua yang menemani selalu dimanapun itu.
Ayunan pelan-pelan penuh keceriaan menyertainya dalam perjalanan pulang
kerumah. Melewati jalanan yang panjang, Ina melihat sekerumunan orang, orang
perparas tampan bercucuran darah mengalir didahinya.
Astaga
“Ipunk” Ina berseru keras didepanya.
Ada apa denganmu Punk, kenapa bisa
begini? Kekhawatiran tidak terduga diwajah Ina.
Memang Ipunk teman akrab Ina sejak sekolah di SMA yang
sekian lama terpisah karena orang tua Ipunk kerja dipindah diluar kota. Setelah
lama berpisah sekarang bertemu dengan keadaan yang berbeda ini. Entah angin apa
yang membawa mereka bertemu di saat ini. Bergegas Ina membawa Ipunk meminta
bantuan orang-orang di sekitar untuk mengantar ke Rumah Sakit. Di atas tempat
tidur Ipunk terdiam, mata masih menutup sayup.
Ibu “bisa
ke ruang dokter sekarang?” Suster menyuruh Ina?
Dengan kebiasaan Ina selalu senyum
ramah, menganggukkan kepala “Ia saya akan kesana Sus?” kata Ina.
Tok…Tok…Tok… suara pintu diketok tiga kali oleh Ina.
Silahkan masuk “Saut suara lantang sang Dokter”! langkah malu-malu Ina
mengampiri Dokter.
Iya? Sapa
Ina, ada apa Dokter memanggil saya?
Begini… Ibu? “pasien yang ibu bawa
sini tadi (Ipunk yang dimaksud) sudah kami tolong. Sekarang ibu menyelesaikan
administrasi di bagian kasir ya”?
Merenung, terdiam sunyi suasana ruang dokter. Ina memegang
dompet didalam yang terdapat uang pemberian Cang Ahong, yang akan di tabung.
Guna mensekolahkan sang buah hati besoknya. Dengan kebaikan Ina, hal tersebut
dibatalkan, yang penting nyawa Ipunk terselamatkan.
Beranjak
dari tempat duduk yang nyaman, keluar pintu menuju kearah kasir menyelesaikan
administrasi yang harus diselesaikan. Di buka dompet, dikeluarkan
selembar-lembar uang untuk membayar biaya pengobatan Ipunk, untuk sementara.
Tak tersisa uang yang di berikan Cang Ahong kepadanya. Dengan Doa didalam hati
untuk kebaikan, berdoa mendapat balasan yang lebih baik.
Waktu
hampir tenggelamnya matahari, Ina lupa akan sang buah hati yang ditinggalkannya
di rumah sendiri tanpa teman yang menemani. Bergegas Ina pulang, ayunan sepeda
dengan kencang, nafas bersesak-sesak, mengejar sang matahari sebelum
meninggalkan dunia supaya sampai di rumah sebelum matahari tenggelam.
Ucup” Ibu pulang Nak,,,,, teriakan
lantang mengelegar disaat Ina sampai di rumah tepat saat matahari tenggelam.
Ibu “sautan Ucup mencium kening sang
bunda dengan rasa kasih sayang dan kangen ditinggal seharian ibu bekerja”.
Bukan
hal yang biasa dilakukan mereka berdua, karena di rumah sederhana hanya mereka
berdua yang menghuninya. Mari Nak, kita makan. Pelukan hangat sang ibu membuat
hati tenang sang buah hati. Berbisik sang buah hati “Ibu kapan saya masuk
sekolah”. Tetesan air mata mengalir, rasa sedih melihat sang buah hati
menginginkan untuk ke jenjang pendidikan Sekolah Dasar.
Sabar ya? Nak. Ibu baru
mengumpulkan uang untuk Ucup sekolah.
Iya, buk? Tapi kapan, waktu
tinggal sebentar lagi pendaftaran akan ditutup. Tutur Ucup yang seharunya sudah
kelas 4 SD ini tetapi belum masuk.
Anak yang pintar, mandiri, berbeda dengan teman-teman yang
lain. Karena kondisi ekonomi yang kurang mendukung, membuat Ucup tertunda untuk
sekolah. Selagi menunggu hal itu, sang buah hati belajar secara mandiri dengan
dibantu Ina di rumah.
Sudah malam
Nak? “mari tidur, …
Ya? Buk,,,
…
Mentari terbit dari ufuk timur, cahaya hangat masuk ke rumah
Ina di selala-sela lubang rumah yang ada. Berkicaunya burung dipagi hari
membuat suasana hati. Semakin hari semakain baik hati ini. Mempersiapkan segala
sesuatu pagi yang seperti biasa berangkat ke toko Cang Ahong.
Berbeda
dengan hari-hari yang sudah, Ina mengajak sang buah hati untuk menemaninya
bekerja siang itu. Rasa riang gembira bersepeda menyayikan lagu, menjadi
keistimewaan tersendiri untuk Ina dan Ucup. Sampai di toko, Ina dengan bangga
memperkenalkan sang buah hati kepada Cang Ahong dan para pembeli di toko ini.
Kepintaran yang dimiliki Ucup membuat semuanya terkesan, dan tidak percaya
bahwa Ucup tidak bersekolah. Hal aneh yang dilihat banyak orang, tidak mengira
sang buah hati ini belum masuk jenjang pendidikan.
Kenapa Anak
cerdas ini, tidak bersekolah Na? “tutur Cang Ahong.
Ina dengan senyum dan kerendah hati
berkata “belum saatnya Cang, nanti kalau sudah saatnya akan bersekolah?”
Kau
ini memang perempuan bagai bidadari? Cang pun terpaku dan menggeleng-gelengkan
kepala bertanda takjub terhadap Ina.
Waktu pulang tiba, seperti biasa dengan sepeda tuanya
menemani berserta sang buah hati. Ayunan lembut selembut hatinya menandakan
memang benar apa yang dibilang Cang Ahong saat itu. Sebelum pulang Ina ke Rumah
Sakit menjenguk Ipunk teman sekelas saat SMA, hanya ingin melihat kondisinya.
Dibukanya
pintu kamar Ipunk di rawat, ternyata Ipunk sudah sadar. Terkejut sangat, memang
tekejut Ipunk raut wajah yang kaget melihat Ina.
Ina,,,,
kenapa kamu disini? Hentak “Ipunk dengan keras”.
Ipunk,, senyum manis diawali Ina,
saat menyapa? Kemarin kamu terjatuh dijalan dan saya membawa kamu ke Rumah
Sakit ini”.
Ina
terimakasih ya “kamu tidak ada berubahnya dari dulu suka menolong orang yang
kesusahan,, sambil kebingungan, Ipunk bertanya lagi “Ina,, siapa Si Kecil yang
bersama dirimu ini?””
Ini
anakku Punk,, Ina Junior “bersendau”? yang membesarkan hanya saya, bapaknya
sudah pergi ,, hahahahhaha…….. ketawa keras bergurau?
Ahhahahahaa,,,,,,,
saut Ipunk,, wah kamu memang hebat Ina, kamu temanku dari dulu tidak berubah,
ibarat bagai Bidadari yang selalu memberi keindahan ketenangan bila
disampingmu.
Raut
wajah memerah, sedih, tapi dia belum sekolah Punk,, karena kondisi ekonomi saya
yang belum pulih setelah ditinggal suamiku “tutur Ina lebih lanjut”.
Sabar, sabar, sabar,,, ucapan Ipunk. Ipun memberika kartu
namanya yang diambil didalam dompet. Dia menyuruh ini mengubungi apabilan suatu
saat memerlukan bantuan. Wujud rasa terimakasih Ipunk karena sudah di tolong
ini saat itu. Ipunk besok sudah pulang kerumah, dia sebagai pengusaha sukses di
kota.
Pulanglah
Ina dan Ucup sang buah hati kesayangan. Hujan deras menandai perjalanan pulang
Ina dan Ucup. Berteduhlah di sebuah tempat yang indah diatas bukit. Rumah Ina
dibelakang bukit yang indah tersebut. Sambil menunggu redany sang hujan, Ucup
bersendau gurau dengan sang ibu. Mereka berdua tidak dapat dipisahkan.
Kesenangan di ikuti dengan rintikan air hujan membuat suasana semakin
mengagumkan. Suara petir mengelegar sampai memanaskan telinga mereka berdua.
Dinginnya angin menusuk sampai ketulang.
Hujan menetes butiran air
Dingin
menusuk tulang putih
Suara
gemuruh marahnya sanga awan
Mencekam
suasan saat itu
Bidadari
disamping saat ini
Mengubah
semuanya menjadi rasa nyaman
Kehangatan
yang didapat
Sejuta
warna yang memancar saat itu
Hujan-hujan yang terus tidak berhenti. Membuat Ina dan Ucup
mulai bosan. Berhentilah doa mereka ucapkan. Akhirnya berhenti juga hujan yang
deras ini. Melanjutkan perjalanan yang menyenangkan tadi berdua. Diatas bukit
langkah meraka terhenti melihat sesuatu yang indah sekali. Sebelumnya tidak
belum pernah seindah ini.
Ucup bergeming “Ibu ada pelangi”
Ina “iya Nak, sungguh indah pelangi itu”
Sejuta warna menghiyasi pelangi itu Ibu?, sunggu indah,!
Ucup senang melihatnya.
Dari kejauhan datanglah mobil mewah yang menyorot lampu
cerah dihadapan meraka. Masa bodoh merak cuek karena ingin menikmati indahnya
pelangi setelah hujan reda ini.
Haiii…… memang indah pelangi kamu
lihat saat ini, seperti dirimu Ina yang mempunyai sejuta warna untuk membuat
orang disekitar kamu terasa nyaman dan senang melihatnya. “Ipunk,, teriak keras
mengucapkan kata-kata indahnya”.
Memang betul? “tambah Cang Ahong..
“bagai pelangi sang bidadari yang kamu punyai selama ini Ina”. Kebaikanmu,
keindahmu, kesabaranmu, rendah hatinya dirimu, suka menolong, bagai bidadari
dan pelangi memiliki sejuta warna.?
Menolehkan wajahnya berdua Ina dan Ucup kebelakang, terpaku
melihat Ipunk dan Cang Ahong tiba-tiba ada dibelakang mereka. Secara bersamaan
Ipunk dan Cang Ahong tersenyum indah kepada Ina dan Sang buah hati.
Terdiam
suasana menjadi berubah, tersentuh hatinya dengan melihat Ipunk dan Cang Ahong
datang bersamaan.
Ipunk, Pak.Ahong,,, kenapa bisa ada
di sini? “Ina terpukau terkejut dengan kedatangan meraka”. Kenapa bisa bersama
kalian berdua? Hal yang membuatnya bingung?
Berjalan mendekat kearah Ina dan Ucup sang buah hati.
Senyuman ditebarkan, mereka berdua Ipunk dan Cang Ahong.
Ina,, saya dan Cang Ahong adalah
partner kerja yang membuka toko baju, dimana kamu kerja sekarang dan Cang Ahong
saya suruh untuk mengelola toko itu selama saya kemarin ke luar kota. “tutur
Ipunk?”
Benar Ina,, tambah Cang Ahong. Ipunk
ini bos kita selama ini. Saya sudah menceritakan semuanya ke Pak Ipunk tentang
kamu selama ini.
Kamu memang tidak berubah Ina, sejak
kenal pertama di bangku SMA sampai sekarang kamu mempunyai Buah Hati, masih
sama, julukan dirimu selama masih di SMA bagai Sang Bidadari tidak hilang
sampai sekarang. “tambah Ipunk?”.
Ina, hanya bisa tersipu malau melihat dan mendengar
perkataan Ipunk dan Cang Ahong tadi. Tidak terduga meraka menyanjung sampai seperti
ini.
Bidadari yang dulu tak berubah
Harumnya
sebersih hatinya
Jiwanya
seputih tulangnya
Senyumnya
seindah tingkah lakunya
Kelembutan
selembuh sentuhan kalbu
Bagi
yang disampingnya
Merah merona, wajah Ina yang sebelumnya pucat sunyi. Senyum lebar
mempersona menandai kesukaan akan sanjungan Ipunk dan Cang Ahong.
Ina memang
tidak berubah, masih seperti dulu Punk?. “kata Ina”
Lihatlah pelangi yang ada di depan
kita ini,,, warna-warni yang indah sekali? Butiran titik-titik air pengantar
turunnya embun setelah hujan sehari. “ Tutur Ipunk.
Sambil melihat indahnya sang pelangi, Ipunk terucap kata
“Terimakasih Bidadari, dirimu telah menyelamatkan jiwaku_balas jasa, saya akan
mensekolahkan Ucup, dia anak cerdas yang perlu dijaga dan ditingkatkan kepintarannya”.
Terdiam
merenung menatap sang surya hampir meninggalkan sinarnya cerahnya. Ucup terasa
senang akan tawaran Ipunk,, Okee,, Okee,, Okee, Ommmm saya ingin. Merangkat
berjalan ke rumah Ina, mereka berempat “Ina, Ucup, Ipunk, dan Cang Ahong” berjalan
dimenuju gubuk yang dimana Ina dan Ucup tinggal.
Memang
Pelangi Sang Bidadari julukan yang tepat untuk Ina, kebaikan, ketulusan hati,
suka menolong, kesabaran, selagi cantik dan tinggi. Bagai perempuan yang belum
mempunyai buah hati. Kata-kata terus merayu dituturkan Ipunk, sambil tersenyum
lebar merayu Ina.
Terbukalah
pintu rumah sang bidadari, dingin menusuk tulang, hujan ritik-rintik terus
berjatuhan, membuat malam semakin syadu. Kebalakang Ina membuat Teh untuk
mereka, dan cemilan-cemilan yang ada dikeluarkan. Menutup malam hari yang indah
bersama di gubung kecil Ina milik. Semuanya yang diinginkan sang bidadari telah
tercapai, mensekolahkan anaknya mulai besok.
Malam
semakin menampakan bintang dan bulan, kata muncul dari Ipunk, “Ina memang terasa
berat untukmu bila mendengar kata-kata dariku” ,, wahai Pelangi Sang Bidadari
yang telah terukir didalam dirimu, niat baik saya untuk memiliki dirimu, apakah di sambut
dengan senyum indahmu dan kata “Mau” dari Mu Ina…?”.
Senyuman lebar manis
hati tidak terduga
menari-nari diatas awan
muncul sang pelangi
memberi warna yang indah
setiap langkah baik
berakhir baik pula
Ina,, terdiam,, memikirkan,, perkatan-perkataan yang muncul
dari Ipunk. Hanya satu kata yang diucapkan ina, Iya”. Senyum lebar membuat mereka
semuanya bahagia, walau Ucup masih kecil, tapi dia mengetahui maksud dari
Ipunk.?
Cerita
tiada henti tidak sampai disini, bidadari bisa diibaratkan orang yang cantik,
melebihi semuanya. Di sini bidadari seorang Ibu. Ini dimiliki sang bidadari
dengan sejuta warna. Ina Pelangi Sang
Bidadari . ****