Minggu, 17 November 2013

Konflik Batin Novel Bumi Cinta


AKONFLIK BATIN DALAM NOVEL BUMI CINTA  KARYA                               HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA

B. Latar Belakang Masalah
            Novel adalah uraian cerita dari sebagian besar kehidupan manusia yang ditokohkan dalam cerita tersebut yang didalamnya terdapat berbagai jenis masalah yang harus dihadapi tokoh tersebut. Masalah-masalah yang diuraikan dalam novel yang harus dihadapi oleh tokoh tersebut ternyata bukan hanya terbatas pada cerita saja, tetapi ada kemungkinan juga terdapat pada masyarakat luas (pembaca). Dengan demikian ada kalanya pembaca yang sedang mengalami masalah seperti dalam novel yang dibaca, mereka akan mengambil jalan untuk menyelesaikan masalah tersebut seperti dalam novel yang dibacanya.
            Karena banyak mengandung uraian mengenai masalah psikologi dan sosial novel banyak digemari oleh masyarakat  pembaca, di samping sebagai bacaan hiburan tentunya. Banyak novel yang dipublikasikan dengan cara disisipkan dalam majalah sebagi bonus tambahan untuk menarik pembaca, maupun langsung diterbitkan sebagai novel yang diwujudkan buku. Bagaimana dengan penelitian baik dan buruk novel novel tersebut ? baik buruk novel tersebut tentu tergantung kepada siapa yang menilai suatu karya. Artinya penilaian tersebut disesuaikan dengan selera  maupun kadar pengetahuan masing-masing pembaca. Itulah yang dijadikan tolak ukur.
            Novel sebagai kreasi manusia yang diangkat dari realitas kehidupan, tetapi realitas yang terdapat di dalamnya bukan lagi realitas yang utuh. Peristiwa kemasyarakatan yang tertulis  di dalamnya telah mengalami metamorphose imajinasi dalam diri pengarang. Dengan kata lain realitas tersebut adalah realitas realitas hasil proyeksi, atau sesuatu yang diproyeksikan kembali oleh pengarangnya dengan menggunakan daya imajinasi sesuai dengan kenyataan jiwa pengarang, yang berupa pengalaman hidup yang manis maupun pahit di dalam prosesnya. Hal ini merupakan suatu karya sastra disebut sebagi karya imajinatif.
            Seperti novel karya Habiburrahman El Shirazy yang tergolong angkatan baru, mengandung unsur konflik yang dialami tokoh utama yaitu Ayyas sebagi peran penting dalam novel yang berjudul “Bumi Cinta” dari sini kita bisa menganalisis masalah-masalah apa sajakah yang terdapat dan dialami tokoh tersebut. Sangat tokoh pria ini seorang santri salaf yang hidup di Negara yang menjunjung tinggi seks bebas dan pornografi yaitu Rusia. Iman dan kehormatannya dipertaruhkan demi memenuhi hasrat duniawi nonik-nonik muda Moskow. Hidup di negara Rusia di kota Moskow tepatnya teringat selalu bayangan Yelena dengan segala keindahan tubuhnya, yang baru saja dilihatnya meskipun hanya sekejap, seolah-olah hadir di pelupuk matanya. Bayangan wajah cantik Anastasia Palazzo juga menari-nari dalam pelupuk matanya. Kedua wanita tersebut ibarat virus yang hadir di dalam kehidupan Ayyas, yang ingin segera mungkin menghilangkannya secepat mungkin.
            Meskipun dengan shalat dan membaca Al-Quran, virus itu tidak mudah terdelet dengan sempurna, masih tersisa bayangan mereka berdua dan hanya bisa dijinakkan. Ayyas membaca istighfar berulang kali sampai tujuh kali. Ayyas berdzikir sampai tidurnya pulas, dan Ayyas bermimpi ada duan ekor ular masuk dalam kamarnya dan memburunya.
            Dari hal inilah penulis mencoba mengkaji konflik batin yang dihadapi tokoh dalam novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi CInta”. Cerita yang bagus dan mengharukan membuat pembaca seakan-akan  ikut dan mengalami akan hal itu. Mengingat konflik batin sungguh terasa dan kelihatan dalam novel ini. Pembaca diharapkan bisa menemukan gagasan yang sesuai dengan alur cerita tersebut.
C . Rumusan Masalah
            Untuk mendapatkan hasil penelitian yang terarah, maka diperlukan suatu rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebaai berikut:
1.      Bagaimana struktur yang membangun novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta” ?
2.      Bagaimana konflik batin tokoh novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta” dengan tujuan psikologi sastra ? 
D. Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian haruslah jelas supaya tepat sasaran. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Mendeskripsikan struktur yang membangun novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta”.
2.      Mendskripsikan konflik batin tokoh utama novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta”.
E. Manfaat Penelitian
            Pada prinsipnya penelitian ini diharapkan dapat berhasil mencapai tujuan penelitian secara optimal, menghasilkan laporan yan sistematis dan dapat bermanfaat secara umum. Adapun manfaatnya adalah:
  1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dalam khasanah ilmu kesusastran mengenai karakteristik, perwatakan, kepribadian dan lain-lain serta konflik batin yang dirasakan pemeran tokoh utama dalam sebuah novel secara jelas dan mendiskripsikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami secara langsung oleh pembaca. Dan khususnya dalam studi sastra dengan tinjauan psikologi sastra.
  1. Manfaat Praktis
a.       Memberikan masukan dalam pengembangan apresiasi sastra khususnya bidang novel.
b.      Mengetahui analisis konflik batin yang terdapat dalam novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta”.
c.       Penelitian ini dapat dijadikan referensi apabila ada yang meneliti masalah konflik batin dalam novel dengan tinjauan psikologi sastra.
F. Kajian Penelitian yang Relevan
            Pada hakekatnya, suatu penelitian tidak beranjak dari nol secara murni. Akan tetapi secara umum telah ada acuan yang mendasari atas penelitian yang sejenis. Oleh karena itu, perlu mengenali peneliti yang terdahulu dan ada relevansinya. Dalam penelitian ini penulis mengacu pada penelitian yang terdahulu dan relevan dilaksanakan saat ini.
            Penelitian yang dilakukan Wahyu Widiyanto (2003) Skripsinya “Analisis Struktur dan Sosiologi Sastra Novel Pol Karya Putu Wijaya”. Menyimpulkan bahwa alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju. Temanya adalah seorang warga penduduk miskin bermimpi bertemu semar tokoh pewayangan yang menghebohkan warga masyarakat. Masalah yang menonjol dalam novel ini adalah kemiskinan dan konflik yang terjadi angota masyarakat. Hubungannya dengan penelitian kami dalam konflik batin tokoh dalam novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta”.
               Penelitian yang dilakukan Ari Astuti (UNS, 2005) yang berjudul “Perilaku Abnormal dalam novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara: Pendekatan Psikologi Sastra”. Dalam hasilnya dimana perilaku Abnormal terdapat dua macam yaitu neurotik dan psikotik. Neurotik diantaranya perilaku pobia, distress, perilaku social detektif, kecemasan rill, dan kecemasan neurotik. Yang termasuk psikotik adalah psikotik fungsional. Kaitannya denangan penelitian kami sama-sama mengkaji tentang masalah psikologi sastra tatapi dalam konflik batin tokoh dalam novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta”.
Penelitian dilakukan oleh Astin Nugraheni (UMS,2006) skripsi “konflik batin tokoh zaza dalam novel azela jingga karya nanin pranoto: tinjauan psikologi sastra”. Zaza harus dihadapi dengan dua pilihan yang berat antara kesetiaan serta kecintaan seorang istri terhadap suaminya. Dalam penelitian kami mengkaji  dalam konflik batin tokoh dalam novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta”.
Penelitian yang dilakukan oleh Nawang Yuanti (2007) skripsinya “Tingkah Laku Abnormal Tokoh Santo Dalam Novelet Tulalit Karya Putu Wijaya: Tinjauan Psikologi Sastra”. Dimana tokoh Santo yang mengalami abnormal, yang mengalami gangguan egois. Hubungannya dengan penelitian kami dalam konflik batin tokoh dalam novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta”. 
            Penelitian yang dilakukan oleh Lucky Puspitasari (2007). Skripsi yang berjudul “Perilaku Seksual Dalam Novel Larung Karya Ayu Utami: Analisis Psikologi Sastra”. Dimana dalam novel tersebut terdapat empat macam perilaku seksual (1) perilaku seksual Immoralitas/Promiscuity. (2) perilaku seksual Sadisme, (3) perilaku seksual Mesokhisme, (4) perilaku seksual Biseksual. Hubungannya dengan penelitian kami dalam konflik batin tokoh dalam novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta”.
Berdasarkan uraian tentang hasil penelitian terdahulu, maka orisinalitas maupun kebenarannya penelitian dengan judul “konflik batin tokoh dalam novel BUMI CINTA  karya : Habiburrahman El Shirasy  tinjauan psikologi sastra” 
G. Landasan Teori
1.      Novel
Dalam kesusastraan dikenal bermacam-macam jenis sastra (genre). Menurut Warren dan Wallek (1995: 298) bahwa genre sastra bukan sekedar nama, karena konvensi sastra yang berlaku pada suatu karya membentuk ciri karya tersebut. Menurutnya, teori genre adalah suatu prinsip keteraturan. Sastra dan sejarah sastra diklasifikasikan tidak berdasarkan waktu dan tempat, tetapi berdasarkan tipe struktur atau susunan sastra tertentu. Genre sastra yang umum dikenal adalah puisi, prosa dan drama.
Menurut Nurgiyantoro (1995 : 1) Dunia kesusastraan mengenal prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Prosa dalam pengertian kesusastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discourse). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan (disingkat: cerkan) atau cerita khayalan.
Bentuk karya fiksi yang berupa prosa adalah novel dan cerpen. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dinia imajinatif, yang dibangun melalui sebagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain, yang kesemuannya tentu bersifat naratif.
Novel berasal dari bahasa italia novella, yang dalam bahasa jerman Novelle, dan dalam bahasa Yunani novellus. Kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel. Dewasa ini istilah novella dan novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus (Nurgiyantoro, 1995: 9)
 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1995 : 694) Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Unsur intrinsik novel :
a.       Tema
yaitu pokok pikiran, gagasan atau ide utama, kaitannya denagn nilai-nilai hidup dan tingkah laku, bisa simbolik bisa eksplisit, bisa tersirat bisa langsung, domonan/tidak, dangkal/murahan atau malah dalam dan sarat makna, faktor yang bikin si penulis angkat topik ini.
b.      Amanat
yaitu pesan moral, apakah itu berupa perintah, saran atau masukan/himbauan yang berarti bagi pembacayang dituju.
c.       Plot/Alur
Rangkaian peristiwa, maju/mundur/kombinasi dari keduanya, kasualitasnya gimana, kronologis ato nggak, gimana awal, akhir, tengah, apa rangasangannya, apa klimaksnya, gimana endingnya.
d.      Perwatakan Tokoh
Gimana sifatnya, protaginist/ antagonis, starring/figuran/pelengkap. jahat/baek, sombong/rendah hati...confidant/penghalang.penggerak cerita.
e.       Latar
waktu, tempat, suasana, situasi
f.       Sudut Pandang
Teknik penceritaan, aku/ dia/ saya/ mereka/ kita/ kami, penutur kisah, orang pertama mayor/minor/orang kedua/ketiga.
g.      Gaya Bahasa
Formal non formal, baku/tidak, sopan/kasar, bahasa daerah apa bukan, apakah hasil transisi alias terjemahan, adanya majas kiasan.

2.      Teori Struktural Sastra
Analisis structural sastra disebut juga pendekatan objektif dan menganalisis unsur intrinsiknya, Fananie (dalam Widyawan 2009:11) mengemukakan bahwa pendekatan objektif adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra sastra secara keseluruhan.
Strukturalisme merupakan sebuah pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang terbangun dari unsur-unsur yang saling berkaitan antara satu sama lain secara totalitas dan bersifat otonom. Struktur berarti tata hubungan antara bagian-bagian suatu karya sastra atau kebulatan karya sastra itu sendiri. (Sudjiman dalam Aryanto. 2007:8).
3Pendekatan Psikologi Sastra
                        Branca (dalam Walgito, 1997:8) menguntarakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang tingkah laku, dalam hal ini adalah menyangkut tingkah laku manusia.
                        Psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia, tingkah laku serta aktivitas-aktivitas itu merupakan manifestasi hidup kejiwaan (Walgiot, 1997:9).
                        Psikologi meliputi ilmu  pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang dimufakatin sarjana psikologi zaman ini. Psikologi modern memandang bahwa jiwa dan raga manusia adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, kegiatan jiwa tanpak pada kegiatan raga (Gerunan, 1993:3).
                        Penelitian psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu memutuskan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori yang dianggap ditentukan untuk melakukan analisis (Ratna, 2004:344).
                        Siswanto (2004:32) mengemukakan psikologi sastra mempelajari fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau bersaksi terhadap diri dan linkungan, dengan demikian gejala kejiwaan dapat terungkap lewat tokoh dalam sebuah karya sastra.
                        Sebagai disiplin ilmu, psikologi sastra dibedakan tiga pendekatan, yaitu (1) Pendekatan Ekspresif, yaitu kajian aspek psikologis penulis dalam proses kreativitas yang terproyeksi lewat karya sastra. (2) Pendekatan Tekstual, yaitu mengkaji aspek psikologi sang tokoh dalam sebuah karya sastra. (3) Pendekatan Reseptif Pragmatik yang mengkaji aspek psikologi pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya yang dinikmatinya serta proses kreatif yang ditempuh dalam menghayati teks (Amirnuddin, 1990:89)
                        Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa pendekatan psikologi sangatlah tepat digunakan untuk menganalisis konflik batin tokoh utama dalam novel. Pendekatan psikologi digunakan karena konflik batin dalam diri tokoh utama sangat berhubungan dengan tingkah laku dan kehidupan psikis seorang tokoh utama.
            4. Hubungan Antara Psikologi dengan Sastra
                        Sastra dan Psikologi mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Namun antara sastra dengan psikologi juga ada perbedaannya, di dalam psikologi gejala-gejala tersebut riil, sedangkan didalam sastra gejala-gejala tersebut bersifat imajinatif.
                        Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai aktifitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya. Begitu pula pembaca, dalam menanggapi karya juga tidak lepas dari kejiwaan masing-masing. Bahkan sebagaimana sosiologi refleksi, psikologi sastrapun mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala jiwa kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri imajiner ke dalam teks sastra (Endraswara, 2003:96).
                        Hubungan antara psikologi dengan sastra adalah bahwa disuatu pihak karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas dan ekspresip manusia. Di pihak lain, psikologi sendiri dapat membantu pengarang dalam mengentalkan kepekaan dan member kesempatan untuk menjajaki pola-pola yang belum pernah terjamah sebelumnya. Hasil yang bisa diperoleh adalah kebenaran yang mempunyai nilai-nilai arstitik yang dapat menambah koherensi dan kompleksitas karya sastra tersebut (Wellek dan Waren, 1995:108).
                        Hubungan tidak langsung yang fungsional antara psikologi dan sastra karena manusia dan kebudayaan menjadi sumber dan struktur yang membangun solidaritas antara psikologi dan sastra.
            5. Teori Konflik Batin
Konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Dalam sastra diartikan bahwa konflik merupakan ketegangan atau pertentangan didalam cerita rekaan atau drama yakni pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dan sebagainya (Alwi, dkk 2005:587).        
Pengertian konflik batin menurutnya “Alwi dkk (2005:207) adalah konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih, atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasi diri sehingga mempengaruhi tingkah laku.
Jenis konflik disebutkan Dirgagunarsa (dalam Sobur 2003: 292-293), bahwa konflik mempunyai beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut.
a.       Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflik)
Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu diantaranya.
b.      Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflik)
Konflik ini timbul jika dalam waktu sama timbul dua motif yang berlawanan menenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negative (merugikan, tidak menyenangkan). Karena itu ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjauhi objek itu.
c.       Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflik)          
Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif yang negative, dan muncul kebimbangan karena menjahui motif yang satu berarti harus memnuhi motif yang lain juga negatif.
Pada umumnya konflik dapat dikenali karena beberapa cirri, menurut Dirgagunarsa (dalam Sobur, 2007:293) adalah sebagai berikut:
a.       Terjadi pada setiap orang dengan reaksi berbeda untuk rangsangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang sifatnya pribadi.
b.      Konflik terjadi bilamana motif-motif mempunyai nilai yang seimbang atau kira-kira sama sehingga menimbulkan kebimbangan dan ketegangan.
c.       Konflik dapat berlangsung dalam waktu yang singkat, mungkin beberapa detik, tetapi bisa juga berlansung lama, berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.   
Irwanto (1997:207) menyebutkan pengertian konflik adalah keadaan munculnya dua atau lebih kebutuhan pada saat yan bersamaan. 
H. Kerangka Pemikiran
Sebagai kerangka apa-apa saja yang akan dilakukan selama proses penelitian adalah:
1. Mencari novel yang diangaap cocok dan bagus untuk mengankat judul ini dan ditemukan novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cintauntuk mencari konflik batin tinjauan psikologi sastra.
2. Membaca secara berulang sehingga memahami peran tokoh utama dan mengetahui berbagai konflik yang dialami yang pelaku utama. 
I. Rancangan atau Desain Penelitian
            Dalam penelitian ini memerlukan
  1. Alat dan bahan
Menggunakan novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta”. Tahun 2010
  1. Prosedur pengambilan data
Prosedur pengambambilan data mengambil konflik batin yang ada pada novel tersebut dan mengetahui bagaimana nasib pemeran utama dalam mengatasi kebatinan-kebatinan yang ada.

  1. Cara pengolahan data atau analisis data
Setelah mengetahui akan data dan hasil konflik dari dalam novel, dikaitkan dengan tinjauan psikologi sastra.
J. Jenis dan Strategi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar-variabel. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar bukan berupa angka. Tulisan hasil penelitian berupa kutipan-kutipan dari kumpulan data untuk ilustrasi dan menjadi materi laporan. (Amminudin, 1990:16).
K. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini akan diungkapkan data-data yang berupa kata, frase, unkapan, dan kalimat yang ada dalam novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta”. Permasalahan-permasalahannya dianalisis dengan menggunakan teori struktual, serta teori konflik batin. Hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian ini dipaparkan sebagai berikut. 
Objek Penelitian, adalah konflik batin tokoh utama dalam novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta”. yang diterbitkan Autor Publising 2010.
L. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta”. yang diterbitkan Autor Publising 2010.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, dikelompokkan menjadi dua, seperti berikut ini.
 1). Sumber data primer
                                                Sumber data primer yaitu sumber utama penelitian yang diproses langsung dari sumbernya tanpa lewat perantara (Siswantoro, 2005:54). Sumber data primer dari penelitian ini adalah novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta”.
  2). Sumber data sekunder
                                                 Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak langsung atau lewat perantara tetapi masih berdasarkan pada kategori konsep (Siswantoro, 2005:54). Dalam penelitian ini sumber data sekundernya berupa data novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul “Bumi Cinta”. yang diambil dari internet.
M. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik penumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik pustaka adalah teknik yan menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Subroto, 1992:42). Teknik simak dan catat, yakni penelitian sebagai instrument kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer yaitu karya sastra berupa novel Bumi Cinta. Dalam rangka memperoleh data yang diinginkan, dan terhadap sumber data sekunder sasaranya novel Bumi Cinta. Hasil penyimakan terhadap sunber data primer dan sekunder tersebut kemudian ditampung dan dicatat untuk digunakan dalam penyusunan laporan penelitian sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai.
N. Teknik Validitas Data
  1. Keabsahan Internal (Internal validity)
Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda.
  1. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity)
Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memeiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.
  1. Keajegan (Reabilitas)
Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang sama, sekali lagi.
            Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya memeperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini menujukan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan data.
O. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini mengunakan metode pembacaan heuristik dana hermeneutik. Metode pembacaan heuristik merupakan cara kerja yang dilkakukan oleh pembaca dengan menginterprestasikan teks suara secara referensial lewat tanda-tanda linguistik. Pembacaan heuristik juga dapat dilakukan secara struktual (Pradopo dalam Sangidu, 2004:19). Kerja heuristik menghasilkan pemahaman makna secara harfiah, makna tersurat, actual meaning (Nuriyantoro, 2007:33).
Langkah berikutnya metode hermeneutik. Palmer (2003:14-16) menyebutkan bahwa akar kata hermeneutic berasal dari istilah Yunani dari kata kerja hermeneuein yang berarti “menafsirkan” dan kata hermeneia, ”interpretasi”. Interpretasi dapat mengacu kepada tiga persoalan berbeda : pengucapan lisan, penjelasan yang masuk akal, dan transliterasi dari bahasa lain. Sastra merepresentasikan sesuatu yang harus “dipahami”. Tugas interpretasi harus membuat sesuatu yang jelas, dekat, dan dapat dipahami.
Definisi diatas sama dengan apa yang diungkapkan oleh Teeuw (1984:123), yaitu bahwa hermeneutika adalah ilmu atau keahlian meninterprestasi karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas maksudnya. Hubungan antara heuristik dengan hermeneutik dapat dilihat dari dan dipandan sebagai hubungan yang bersifat gradasi sebab kegiatan pembacaan atau kerja hermeneutik haruslah didahului oleh pembacaan heuristik. Kerja hermeneutic yang oleh Riffaterre disebut juga sebagai pembacaan retroaktif. Memerlukan pembacaan berkali-kali dan kritis (Nurgiyantoro, 2007:33)
Tahap pertama analisis data penelitian ini adalah pembacaan heuristik yaitu penulis meninterprestasikan teks novel Bumi Cinta. Melalui tanda-tanda lingusitik dan menemukan arti secara linguistik. Caranya yaitu membaca dengan cermat dan teliti tiap kata, kalimat, ataupun paragraf dalam novel. Hal ini digunakan untuk menemukan struktur yan terdapat dalam novel guna anlisis struktual. Selain itu juga digunakan untuk menemukan konflik batin yang dialami oleh si Pria sebagai tokoh utama. Tahap kedua penulis melakukan pembacaan hermeneutik yakni dengan menafsirkan makna peristiwa atau kejadian-kejadian yan terdapat dalam teks novel.. hingga dapat menemukan konflik batin dalam cerita tersebut.    
 P. Prosedur Penelitian
Prosedur ini meliputi secara garis besar :
a.       Memilih masalah
b.      Studi pendahuluan
c.       Penulisan makalah
d.      Hipotesis
e.       Memilih pendekatan
f.       Menentukan sumber data dan instrument

 DAFTRA PUSTAKA
Aminuddin. 1990. Sekitar Masalah Sastra. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh.
Astuti, Ari. 2005. Skripsi : Perilaku Abnormal Dalam Novel Pintu Terlarang Karya Sekar Ayu Asmara : pendekatan psikologi sastra. UNS.
Endraswarsa, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Gerungan, W. 1996. Psikologi Sastra. Bandung: Erasco.
Nurgiyanto, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi, Cetakan keenam. Yogjakarta: Gajah Mada University Press.
Nugraheni, Astini. 2006. Skripsinya Konflik Batin Tokoh Zaza Dalam Novel Azela Jingga Karya Nanin Pranoto: Tinjauan Psikologi Sastra. UMS.
Ratna, Nyoman Khuta. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Puspitasari, Lucky. 2007. Skripsi yang berjudul Perilaku Seksual Dalam Novel Larung Karya Ayu Utami: Analisis Psikologi Sastra.
Sangidu. 2009. Penelitian Sastra, Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat. Yogjakarta: Gajah Mada Universty Press.
Shirazi, Habiburrahma El. Novel Bumi Cinta. Semarang : Author Publising.
Widiyanto, Wahyu. 2003. Skripsinya Analisis Struktur dan Sosiologi Sastra Novel Pol Karya Putu Wijaya. 
Yuanti, Nawang. 2007. Skripsinya Tingkah Laku Abnormal Tokoh Santo Dalam Novelet Tulalit Karya Putu Wijaya: Tinjauan Psikologi Sastra.


 Oktavian Aditya Nugraha, S.Pd.,M.Pd.
(Senin, 18 November 2013)

Senin, 11 November 2013

hujan dikala malam

rintikan air terdengar merdu bagai lanunan lagu
indahnya malam tergantikan suara merdu
bulan dan bintang malu menampakan diri
awan gelap terasa asyik diatas sana

malam mengundang sejuta pesona
hujan mendera dikala malam
butiran air jatuh pertanda
percikan demi percikan menjadi lanunan lagu

lagu rindu
lagu sendu
terhempas suasana malam ini
hujan dikala malam

tatapan sang elang memandang keangkasa
raut merona membahana memangsa lawan
pertanda malam ini membawa sejuta rasa
masih dalam benak hati untuk berkata ?

hujan,,,, 
hujan,,,,
hujan dikala malam bagiku
bagai alunan lagu

Minggu, 27 Oktober 2013

diri sendiri

memposisikan diri disemua kondisi lebih kreativ dan mempesona bagi dirinya.
lihatlah orang yang miskin akan kepercayaan berakibat kehancuran untuk dirinya sendiri secara perlahan.
orang yang kaya akan kepercayaan mendapatkan anugrah yang diinginkan.
mata terbuka dan hati berkata dengan mulut perantara.
perubahan sejak dini memposisikan kita dimana saja kita inginkan.
percayalah kepada yang kamu suka, cinta, sayang, dan banggakan.
karena itu anugrah buatmu kalau kaya akan kepercayaan.
kehancuran akan membuat dirimu terhempas apabila miskin akan kepercayaan dan kecurigaan tiada henti.
hilangkan rasa takut didalam diri dan merasa yakin akan jalan yang kamu tempuh.

musuh paling besar adalah dirimu sendiri. lawan dirimu untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Jumat, 09 Agustus 2013

kehidupan

cerita siang ini
mentari memancarkan panasnya cahaya menusuk kulit. langkah demi langkah dijalani untuk menggapai impian. terik sang mentari tidak mematahkan semangat pemuda mencari hasil yang terbaik untuk hari ini. tak ada teman tak ada uang digenggaman tangannya. hanya bertemankan sebotol air mineral untuk melepas dahaga disiang ini. sepanjang perjalanan melihat apa yang seharunya tidak dilihat dan tidak memperkirakan seorang orang tua duduk tersipu dibawah pohon dengan sang putra yang mendampingi. merasa iba sang pemuda menghampiri orang tersebut. terlantun kata
pepohonan menumpang hidup 
dedaunan yang rindang menjadi pilihan diantara gedung megah
impian sang pemuda mengapai harapan
terhambat dengan pemandangan orang yang dibawah pohon
melihat menuduklah kebawah 
masih banyak dibawahmu pemuda
tetesan air mata mengalir diteriknya sang mentari
kehidupan disaat ini
harapan sang pemuda mencari apa yang diidamkan untuk keberhasilan diterik sang mentari kerena obsesi dan keinginan yang mendalam. usaha yang didapatkan melihatlah kebawah syukuri yang sudah ada.

Kamis, 08 Agustus 2013

Keindahan

keindahan dilihat dari segala sudut pandang dan kesesuaian yang melihat akan menghasilkan persepsi berbeda akan makna dari keindahan. keindahan hati seseorang dilihat dari tindakan yang akan mengacu pada kemana ia akan melakukan sesuatu dengan senyuman abstrak dan ikhlas. sehingga terpancar cahaya kemilau menyelimuti dirinya setiap langkah dimana saja. keindahan itu yang merasakan orang disampingnya meskipun yang bersangkutan tidak bisa merasakan keindahan akan dirinya. kehangatan, kenyamanan, kesenangan disisinya membuat orang selalu terpana dan kagum pada pancaran sinar keindahan yang dimiliki.
pancaran sinar membawa nyaman dihati
setiap langkah selimuti kalbu hangat
indahnya terpancar dari hati
senyum dengan segala keihlasan 
kesenangan disamping dirinya
menambah pancaran sinar indah dirinya
sepenggal ucapan 
ketenangan hati dan pikiran
keindahan memang terpancar dari diri seseorang dengan berbagai macam bentuk. bagaimana cara kita memahami akan keindahan seseorang dan menikmatinya. keindahan sesungguhnya dimiliki semua kalangan. bagaimana cara kita mengetahui keindahan seseorang atau keindahan pada diri kita sendiri. begitu pentingnya keindahan yang terpancar pada diri kita. 

Sabtu, 08 Juni 2013

Filsafat Empiris



EMPIRISME
 
Filsafat diambil dari bahasa Arab Filsafah. Dari bahasa Yunani Philosophia, kata majemuk yang terdiri dari kata Philos artinya cinta atau suka, dan kata Shopia artinya bijaksana. Secara etimologis memberikan pengertian cinta bijaksana. Selain etimologis dapat diartikan secara terminologis, yang mempunya arti bermacam-macam. Menurut Plato filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli. (Juhaya, 2003: 1-2).
Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi, cara menentukan validitas dari sebuah informasi, formulasi dan penggunaan metode ilmiah, macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan, serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri (http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ilmu)
Mengalihkan perhatian dari objek-objek yang sebenarnya dari penyelidikan ilmiah kepada proses penyelidikannya sendiri, maka muncullah suatu mantra baru. Segi-segi yang menonjol serta latar belakang segenap kegiatan menjadi nampak. Berangkat dari sini maka, menjadi jelas pula saling adanya hubungan antara objek-objek dengan metode-metode, antara masalah-masalah yang hendak dipecahkan dengan tujuan penyelidikan imiah, antara pendekatan secara ilmiah dengan pengolahan bahan-bahan secara ilmiah. Dengan demikian filsafat ilmu merupakan suatu bentuk pemikiran secara mendalam yang bersifat kelanjutan. (Berling, dkk. 1988: 1).
Ada beberapa teori kebenaran dalam Filsafat Ilmu, salah satunya Empirisme. Empirisme yang akan dibahas penulis pada makalah ini. Ilmu tentang kebenaran dalam hal pengalaman akan diurai dalam makalah ini. Empiris memberi tekanan pada empirik atau pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Oleh karena itu empiris disebut paham yang memiliki pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, yang dimaksud pengenalan batiniah dan lahiriah. Batiniah yang menyangkut pribadi manusia, dan lahiriah yang menyangkut dunia. Untuk lebih lanjut mengetahui Filsafat Ilmu tentang Empirisme, bisa dibaca dalam makalah yang penulis ini buat.

A.    Ilmu Empiris
Empirisme adalah Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu, ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Di sini, pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam. (http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ilmu).
Ilmu-ilmu empirik memperoleh bahannya melalui pengalaman. Tetapi pengalaman atau empirik ilmiah yang sesungguhnya lebih dari sekedar pengalaman sehari-hari serta hasil tangkapan inderawi. Dalam siklus empirik dimulai lagi secara baru, tidak hanya dalam eksperimen yang memerlukan observasi baru, melainkan juga adanya deretan-deretan baru, bahan-bahan baru yang diobservasi sehingga mengahasilkan deduksi dan induksi serta memperluasnya sistem pertanyaan-pertanyaan yang teoritik. Siklus ini dijelaskan (A.D de Groot dalam Beerling) dalam pembahasannya terdapat 5 siklus :
1.      Observasi
Dengan adanya observasi yang dimaksudkan dalam ilmu empirik ini, diperoleh sejumlah bahan-bahan empiric yang saling berhubungan, yang terdapat dalam kumpulan-kumpulan bahan yang terkumpul. Yang tidak sekedar melakukan pengamatan.
2.      Induksi
Setelah adanya suatu observasi maka timbul pertanyaan-pertanyaan. Induksi suatu pertanyaan umum yang didapatkannya, semacam tindakan penyempurnaan.
3.      Deduksi
Adpun pertanyaan khusus, dimana deduksi. Dapat dijabarkan, yang kemudian dikaji.
4.      Kajian / Eksperimen
Pertnyaan khusus dan umum yang sudah ada, kemudian dikaji dan di ekperimen kebenaran atau tidak. Selanjutnya adanya verifikasi secara empirik. Dalam hubungan luas dikatakan dalam hal seperti itu, dikukuhkannya suatu teori.
5.      Evaluasi
Semuanya sudah terlaksana, baru diadakan suatu evaluasi terhadap teori yang sudah didapatkannya.
Telah disinggung diatas bahwa istilah Empirisme berasal dari bahasa Yunani Empiria berarti pengalaman inderawati. Oleh karena itu, empirisme disebut paham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengalaman, berupa pengalaman lahiriah dan batiniah. Empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme. (Juhaya, 2003:105).

B.     Tokoh – tokoh Empiris
a.       Thomas Hobbes (1588-1679)
            Thomas Hobbes lulusan Universitas Oxford, kemudian menjadi pengajar pada suatu keluarga yang terpandang. Dia mengenal filsafat Descartes dan pemikir-pemikir Prancis lainnya, karena saat itu Inggris ada perang sahabat jadi Hobbes pergi ke Prancis. Ia mensukai sain dan menciptakan filsafat atas dasar matematika.
            Karya utamanya adalah Leviathan (1651), mengespresikan pandangannya tentang hubungan antara alam, manusia, dan masyarakat. Filsafat Hobbes mewujudkan suatu sistem yang lengkap mengenai keterangan yang ada secara mekanis. Dengan demikian ia merupakan seorang meterialis di bidang ajaran tentang antropologi, serta absolutis di bidang ajaran tentang negara.
            Filsafat Materialisme, yang dianut Hobbes dapat dijelaskan “segala sesuatu yang ada bersifat bendawi” bendawi yang dimaksud adalah suatu tidak bergantung pada gagasan kita. Manusia, manusia tidak lebih dari suatu bagian alam bendawi yang mengelilinginya, oleh karena itu segala sesuatu yang terjadi pada manusia dapat diterangkan seperti cara yang terjadi pada kegiatan-kegiatan alamiah, yaitu secara mekanis. Jiwa, dalam ajaran Hobbes jiwa sejalan dengan ajaran filsafat dasar, sehingga jiwa baginya merupakan kompleks dari proses-proses mekanisme dalam tubuh.
            Teori pengenalan, pengalaman atau pengenalan sebagai Hobbes diperoleh dari suatu pengalaman. Pengalaman dari awal segala pengetahuan, awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Berbeda dengan kaum rasionalis dimana memandang bahwa pengalaman dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Karena pengalaman dengan akal mewujudkan kelebihan dan kekurangan.
            Dimaksud dengan pengalaman adalah keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu harapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu.

b.      John Lockes (1632-1704)
      Bagi Lockes menganggap manusia sebagai “lemabaran kertas putih” dan pengalaman dibagi menjadi 2 yaitu lahiriah dan batiniah. Kedua sumber pengalaman itu mengahasilkan ide-ide tunggal. Ruh manusia bersifat sekali pasif dalam meneriman ide-ide. Namun ruh memiliki aktivitas.

c.       George Berkeley (1665-1753)
      Teorinya immaterialisme atau dasar ilmu empiris. Yang ada hanyalah pengalaman ruh saja. Dunia material sama saja dengan ide-ide yang secara alami.

d.      David Hume (1711-1776)
      Menurut penulis sejarah filsafat, empirisme berpuncak pada David Hume, sebab menggunakan prinsip-prinsip empiristis dengan cara yang paling radikal. Pengertian hubungan sebab akibat, menjadi objek kritiknya.


 Empirisme, by. Oktavian Aditya Nugraha, S.Pd ( 12/04/2012 : 14.19 )
Beerling, dkk. 1988. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogjakarta: PT Bayu Indera Grafika
Claessen G.J. 1979. Menuju Ke Pemikiran Filsafat. Jakarta : PT. Pembangunan.
Juhaya, S.Praja. 2003. Aliran-aliran Filsafat dan Estetika. Bandung : Prenada Media.